“Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan ”
“Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan
Teori Penerimaan ”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tercapainya
tujuan dari pendidikan, khususnya dalam pendidikan islam adalah sebuah harapan
dari semua pihak, baik dari penyelenggara pendidikan, peserta didik dan
masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik di antara ketiga
pihak tersebut. Masyarakat luas yang notabene adalah konsumen atau pihak yang
membutuhkan jasa pendidikan bagi anak-anak mereka, tentu akan sangat selektif
dalam memilih lembaga pendidikan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi
lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan islam dewasa ini. Sebab,
lembaga pendidikan islam masih sering dipandang sebelah mata oleh karena masih
adanya ketidak maskimalan dalam pengelolaannya. Tak pelak, hal ini
menjadikan masing-masing lembaga
pendidikan Islam berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas, baik dari segi
sarana prasarana, tenaga pendidikan, dan metode, serta segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Islam memandang
bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang mampu dan dapat menempatkan
diri sebagai pembawa obor kebenaran. Dalam asas dan prinsip ajaran Islam;
pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari ketergantungan kepada
siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia, menyentuh aspek
hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam sekitar, membenarkan
seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat dan melanggar aturan
Allah, mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah bagian dari perjalanan akhirat,
memandang kekuasaan dan kepemimpinan adalah bagian integral ibadah.
Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung jawab, bukan kemuliaan. Bagaimana
cara seorang pemimpin itu memimpin bawahannya dan bagaimana seorang pemimpin
memerintah dan menjalankan perannya
Peran
seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau organisasi menjadi kunci pokok.
Yaitu, seorang pemimpin lembaga yang mempunyai visi dan misi yang berorientasi
ke depan serta mempunyai karakter yang mampu menjadi contoh bagi orang-orang
yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan islam harus mampu memberikan
kontribusi signifikan minimal tawaran konsep bagi problematika kependidikan
instusional dan nasional terlebih dalam pendidikan islam.[1]Makalah
Ini memfokuskan pembahasan tentang kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan
teori penerimaan
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalh
sebagai berikut:
1. Bagaimanakan analisis kepemimpinan
berdasarkan teori perilaku?
2. Bagaimanakah analisis kepemimpinan
berdasarkan teori penerimaan?
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka penulis menuliskan tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis kepemimpinan
berdasarkan teori perilaku
2. Untuk mengetahui analisis kepemimpinan
berdasarkan teori penerimaan
BAB II
PEMBAHASAN
Secara
etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa inggris,
leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin
dan akart katanya to lead yng terkandung berarti arti yang sling erat
berhubungan adalah bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah
awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengasahkan mengarahkan pikiran pendapat
orang lain, membimbing, menuntut dan menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya. [2]
Kepemimpinan
adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan
pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan
pemimpin.[3] Sudarwan Danim
sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok
lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya
Dari berbagai pengertian di atas penulis menyimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam untuk mempengaruhi orang
lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Kepemimpinan
telah dipelajari melalui berbagai cara yang berbeda-beda, tergantung pada
konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi para penelitiannya. Sehingga studi
kepemimpinan hanya memperlakukan atau dihadapkan pada satu aspek yang sempit,
seperti pengaruh bawahan atau sifat pribadi atau perilaku. Makalah ini membahas
terkait analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan teori penerimaan
yang akan di uraikan sebagai berikut:
A.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah
didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan
studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner
untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan.
Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan
dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen
laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of
leadership) ini didasari pada keyakinan bahwa pemimpin
yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader
aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme,teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental
atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin,
misalnya, melalui pelatihan atau observasi.[4]
Dalam
pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya
sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa
perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku
kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.[5] Namun
demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa
variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu
kepemimpinan.
Konsep
perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat
kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat
sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk,
menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yaitu:
1. ada
yang lebih menekankan pada tugas
2. ada
yang lebih mementingkan pada hubungan.
3. ada
yang mementingkan kedua-duanya
4. ada
yang mengabaikan kedua-duanya.[6]
Ada
juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin dengan
orientasi bawahan:
1. penekanan pada hubungan
atasan-bawahan,
2. perhatian pribadi pimpinan pada
pemuasan kebutuhan para bawahannya
3. menerima perbedaan-perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri dari para bawahan.
Pemimpin
berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin
terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.
High-high berarti
pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi
juga.
2.
High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi
tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.
Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan
hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan
Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan
akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela
bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan
B.
Analisis kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan
Pendekatan
kepemimpinan berdasarkan penerimaan menganggap bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka
mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan ahrapan pimpinan
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.[8] Agar
pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu mengenali
karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan
mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit.
Dewasa ini
telah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah bahwa manusia adalah makhluk
sangat kompleks. Karena kali ini sengaja dilakukan pembatasan dari materi yaitu
hanya pada berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dikaitkan dengan
kepemimpinan. Kepentingan tersebut terbagi atas kepentingan politik,
kepentingan ekonomi, dan kepentingan social
Kegiatan manusia
secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan
kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan
mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian
dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan
penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok
dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.[9]
Kepemimpinan
tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi yang spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi
yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak
ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun,
sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan
bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut
harus dipertimbangkan.[10]
1. Aturan
Penerimaan
Jika
penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan adalah penting dan terdapat
suatu ketidakpastian tentang akan diterimanya suatu keputusan otokratik.
2. Aturan
Konflik
Jika
penerimaan dari suatu pemecahan oleh kelompok adalah pening dan jika suatu
keputusan otokratik tidak akan diterima, dan jika ada kemungkinan
ketidaksetujuan anatara bawahan yang berusaha memecahkan persoalan, maka gaya
kepemimpinan harus memberikan kesempatan kepada pihak – pihak yang tidak setuju
untuk mengatasi perbedaan mereka, dan memberikan kepada mereka pengetahuan
selengkapnya dari persoalan.
3. Aturan
kewajaran
Jika
penerimaan oleh kelompok penting tetapi mutu dari keputusan tdak penting, maka
gaya kepemimpinan harus memberikan peluan kepada bawahan untuk berinteraksi dan
berunding tentang apa pemecahan yang wajar.
4. Aturan
prioritas penerimaan
Jika
penerimaan dari pemecahan penting, tidak dapat dipastikan sebagai hasil dari
suatu keputusan otokratik, dan jika bawahan berkemauan untuk mengarah ke tujuan
organisasi dalam mencarai suatu pemechan, maka gaya kepemimpinan yang
diinginkan adalah yang memberikan kesamaan hak kepada anggota tanpa merugikan
mutu pemecahan, karena ini akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari
keputusan.
BAB III
KESIMPULAN
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral
theory of leadership) didasari pada keyakinan bahwa
pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan
dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental
atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin,
misalnya, melalui pelatihan atau observasi.
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan
penerimaan menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan
menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan
dan ahrapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Agar pimpinan mampu mempengaruhi
perilaku para bawahannya, ia perlu mengenali karakteristik, kepentingan,
kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut
jelas sulit
DAFTAR PUSTAKA
Wahyosumidjo.
2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Raihani. 2010. Kepemimpinan
Sekolah Transformatif. Yogjakarta : PT LKIS Printing Cemerlang
Muslimin,Imam. 2013. Pemimpin Perubahan Model Kepemimpinan dalam Transisi Perubahan
Kelembagaan. Malang : UIN – MALIKI PRESS.
Fattah,
Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
Marno,
Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam, Bandung: Refika Abditama, 2008
Kartono, Kartini. 2011. Pemimpin dan
Kepemimpinan. Jakarta:
[1] Baharuddin &
Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam
Antara Teori dan Praktik. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), Hlm. 13.
[2] Mangunharjana.Kepemimpinan, ( Yogjakarta: Kanisius,
2004), hlm.1.
[3] Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2008), hlm.4
[5] Ibid.,92
[6] Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Abditama, 2008),
hal. 39
[7] Marno
dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam, (Bandung: Refika Abditama, 2008), hal. 39
[9] Ibid.,27.
Comments
Post a Comment