EVALUASI dan PENILAIAN dalam KURIKULUM 2013
EVALUASI
dan PENILAIAN dalam KURIKULUM 2013
A. LATAR BELAKANG
Profesi guru kini semakin banyak tuntutan seiring dengan kebutuhan akan
pendidikan yang bermutu. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah
evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab
guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan
pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornyaa
adalah melakukan evaluasi pembelajaran.
Dalam proses evaluasi pembelajaran eproses dan hasil belajar,
guru sering menggunakan instrumen tertentu, baik tes ataupun non tes. Instrumen
ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui
keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Mengingat begitu pentingnya
instrumen dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu instrument harus
memiliki syarat- syarat tertent sekaligus menunjukan karakteristik instrumen.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai model-
model evaluasi, pendekatan evaluasi, dan Penilaian dalam Kurikulum 2013
B. Model-
Model Evaluasi
Dalam study tentang
evaluasi, banyak sekali dijumpai model- model evaluasi dengan format atau
sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama.
Misalnya Said Ahmad Hasan mengelompokkan model evaluasi sebagai berikut:
1. Model Evaluasi
kuantitatif, yang meliputi model Tyler, model teoritik taylor dan
Maguire, model pendekatan system alkin, model countenance stake,
model CIPP, model ekonomi mikro.
2. Model evaluasi
kualitatif meliputi model study kasus, model iluminatif, dan model responsif.
Sedangkan Nana sudjana dan
R, Ibrohim membagi model evaluasi menjadi empat bagian utama yaitu, “measurement,
congruence, educational system, dan illumination”.[1] Dari
beberapa model evaluasi yang telah disebutkan, beberapa diantaranya yaitu:
1. Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu tyler. Dalam buku
Basic principles of curriculum and Instruction, tyler banyak mengemukakan ide
dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bab dari buku tersebut diberinya
judul how can the effectiveness of learning experience be evaluated? Model
ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi didasarkan pada
tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada awal tingkah
laku awal peserta didik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dan sesudah
melakukan kegiatan pembelajaran.
Dasar pemikiran yang kedua ini
menunjukan bahwa evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa
yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajartertentu, dan
menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan
oleh pembelajaran. Penggunakan model tyler
memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan
sesudah terjadinya pembelajaran. Istilah yang terkenal dikalangan guru adalah
tes awal (pri- test) dan tes ahir (post- test). Model ini
menyaratkan validitas informasi pada tes ahir.
2. Model Berorientasi pada Tujuan
Dalam pembelajaran, kita mengenal adanya tujuan pembelelajaran umum dan
tujuan khusus. Model evaluasi ini menggunakan kedua evaluasi tersebut sebagai
kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses
pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai.
Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan
rumusan yang dapat diukur. Tujuan modal ini adalah membantu guru merumuskan
tujuan dengan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan.
Selain itu, model ini juga membantu guru menjelaskan rencana
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses pencapaian tujuan. Instrument
ini digunakan bergantung pada tujuan yangingin diukur. Hasil evaluasi akan
mengggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan
kriteria progam khusus. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara
tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting
dalam program pembelajaran. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses
evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model) banyak mengukakan pemikiran-
pemikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. sesuai dengan namanya, model ini
sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran. Penguuran digunakan untuk
menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek,
orang maupun pariwisata, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang
pendidikan model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan- perbedaan
individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil
evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan
perencanaan pendidikan.
Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik,
mencangkup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga
aspek- aspek kepribadian peserta didik. Instrument yang digunakan pada umumnya
adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan.
4. Model Kesesuaian (Ralph W.
Tyler, Jhon B. carrol, Les J. Cronbach)
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat
kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil
evaluasi digunakan untuk menyempurnakan system bimbingan peserta didik dan
untuk memberikan informasi kepada pihak– pihak yang memerlukan. Objek evaluasi
adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan
pada akhir pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
psikomotorik. Untuk itu, teknik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes
(tulisan, lisan, dan sperbuatan), tetapi juga non- tes (observasi, wawancara,
skala, skala sikap, dan sebagainya).
Model evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua
tahap, yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Adapun langkah- langkah
yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini adalah merumuskan tujuan tingkah
laku (behavioural objectives), menentukan situasi dimana peserta didik
dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan dievaluasi, menyusun alat evaluasi,
dan menggunakan hasil evaluasi.
5. Educational System Evalu Ation
Model
Menurut model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari
berbagai dimensi dengan sejumalah kreterion baik yang bersifat mutlak atau
interen maupun relative atau ekstren. Model ini menekankan system sebagai suatu
keseluruhan ini dan merupakan penggabungan dari beberapa model sehingga objek
evaluasinya pun diambil dari beberapa model.
6. Model alkin
Memilih beberapa alternative. Alkin mengemukakan ada 5 jenis evaluasi,
yaitu:
a. System
assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari
suatu system.
b. Program
planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program.
c. Program
implementation, yaitu menyiapkan informasi apakah suatu program sudah
diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang
direncanakan.
d. Program
improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat
berfungsi, bekerja atau berjalan.
e. Program
certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu
program.
7. Illuminative Model
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kealitatif- terbuka (open-
ended). Objek evaluasi ini mencangkup latar belakang dan perkembangan system
pembelajaran, proses pelaksanaan system pembelajaran.
8. Model responsive
Metode ini menekankan pada pendekatan kualitatif- naturalistik.
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau
melukiskan sebuah realitasdari berbagai prespektif. Sesuai dengan pendekatan
yang digunakan , metode ini kurang percaya terhadap hal- hal yang bersifat
kuantitatif. Instrument yang digunakan pada umumnya
mengandalkan observasi langsung maupun tidak langsung
C. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Pendekatan evaluasi
merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari evaluasi. Dilihat dari
komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi menjadi:[2]
1. Pendekatan
Tradisional
Pedekatan ini berorientasi
pada praktik yang ditujukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik.
Aspek- aspek ketrampilan dan pengembangan sikap kurang mendapat perhatian yang
serius. Dengan kata lain, peserta didk hanya dituntut untuk menguasai mata
pelajaran. Kegiatan- kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen
produk saja, ementara komponen proses cenderung diabaikan.
2. Pendekatan sistem
Berbeda dengan pendekatan
tradisional yang lhanya menyentuh komponen produk saja, pendekatan sistematis
adalah pendekatan yang difokuskan pada komponen evaluasi yang meliputi komponen
kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen
produk. Komponen tersebut harus menjadi landasan pertimbangan dalam
evaluasipembelajaran secara sistematis.
Selanjutnya pendekatan evaluasi yang dilihat dari penafsiran hasil
evaluasi yaitu:
1. Pendekatan
Acuan Patokan (PAP)
Jika ingin menggunakan
pendekatan ini, berarti guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta
didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolute atau mutlak
telah ditetapkan oleh guru. Pendekatan ini cocok digunakan dalam evaluasi
formatif yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran. PAP dapat
menggambarkan prestasi belajar peserta didik secara objektif apabila alat ukur
yang digunakan adalah alat ukur yang standar.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Salah satu perbedaan pap
dan pap adalah penggunaan tolak ukur hasil/ skor sebagai pembanding.
Pendekatann ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman
sekelasnya.
D. PENILAIAN dalam KURIKULUM 2013
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang
diuraikan sebagai berikut.[3]
1. Penilaian
otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai
keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami,
apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.
2. Penilaian
diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
3. Penilaian
berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun
waktu tertentu.
4. Ulangan merupakan
proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara
berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan
harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara
periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
sub-tema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses pembelajaran lebih untuk
mengukur aspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
6. Ulangan
tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
kegiatan pembelajaran.
7. Ulangan
akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain:
1. Ujian
Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar
yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
2. Ujian
Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
Penilaian
dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung
(penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian
hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter
lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
Penilaian di SD/MI dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua
kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan .
1.
Sikap
a. Contoh
muatan KI-1 (sikap spiritual) antara lain:
1. Ketaatan beribadah
2. Berperilaku syukur
3. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
4. Toleransi dalam beribadah
b. Contoh
muatan KI-2 (sikap sosial) antara lain:
1 Jujur
2 Disiplin
3 Tanggung jawab
4 Santun
5 Peduli
6 Percaya diri
7 Bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain
sesuai kompetensi dalam pembelajaran, misal : kerja sama, ketelitian,
ketekunan, dll..
Penilaian apek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,
penilaian antarteman, dan jurnal.
a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran
b. Penilaian Diri
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian Antarteman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta
didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d. Jurnal Catatan Guru
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang
berkesinambungan dari hasil observasi.
2.
Pengetahuan
Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut:
a. Tes
tulis
Tes tulis adalah tes yang
soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, Benar-salah,
menjodohkan, dan uraian.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa
pertanyaan- pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta
didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan
keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun faragraf yang
diucapkan.
c. Penugasan
Penugasan adalah penilaian
yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara
individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
3. Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
a. Kinerja
atau Performance
adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya
tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran,
menari.
Contoh penilaian tes
performance atau kinerja akan diberikan pada bab Implementasi pada bab
selanjutnya.
b. Projek
Penilaian Projek merupakan penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan. Projek juga akan memberikan informasi
tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk
mengomunikasikan informasi. Penilaian projek sangat dianjurkan karena membantu
mengembangkan ketrampilan berpikir tinggi (berpikir kritis, pemecahan
masalah, berpikir kreatif) peserta didik . misalnya membuat laporan pemanfaatan
energy di dalam kehidupan, membuat laporan hasil pengamatan pertumbuhan
tanaman.
c. Portofolio
Penilaian dengan
memanfaatkan Portofolio merupakan penilaian melalui sekumpulan
karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang
dilakukan selama kurun waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan
peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian
penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran sehingga guru
mengetahui sedini mungkin kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai
kompetensi pada suatu tema. Misalnya
kompetensi pada tema “selalu berhemat energy”. Contoh kompetensi membuat
laporan hasil percobaan. Kemampuan membuat laporan hasil percobaan tentu
tidak seketika dikuasai peserta didik, tetapi membutuhkan proses panjang,
dimulai dari penulisan draf, perbaikan draf, sampai laporan akhir yang
siap disajikan. Selama proses ini diperlukan bimbingan guru melalui
catatan-catatan tentang karya peserta didik sebagai masukan perbaikan lebih
lanjut. Kumpulan karya anak sejak draf sampai laporan akhir berserta catatan
catatan sebagai masukan guru inilah, yang menjadi potofolio.
Di samping memuat
karya-karya anak beserta catatan guru, terkait kompetensi membuat laporan hasil
percobaan tersebut di atas, portofolio juga bisa memuat catatan hasil penilaian
diri dan teman sejawat tentang kompetensi yang sama serta sikap dan perilaku
sehari hari peserta didik yang bersangkutan.
Agar penilaian portofolio
berjalan efektif guru beserta peserta didik perlu menentuan hal-hal yang harus
dilakukan dalam menggunakan portofolio Sebagai berikut:
1) masing-masing
peserta didik memiliki porto folio sendiri yang di dalamnya memuat hasil
belajar siswa setiap muatan pelajaran atau setiap kompetensi.
2) menentukan
hasil kerja apa yang perlu dikumpulan/disimpan.
3) sewaktu waktu peserta didik diharuskan
membaca catatan guru yang berisi komentar, masukkan dan tindakan lebih lanjut
yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka memperbaiki hasil kerja
dan sikap.
4) peserta didik dengan kesadaran sendiri
menindaklanjuti catatan guru.catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang
dilakukan peserta didik perlu diberi tanggal, sehingga perkembangan kemajuan
belajar peserta didik dapat terlihat.
Pengolahan Penilaian Sikap
Penilaian sikap direkap oleh pendidik minimal dua
kali dalam satu semester. Hasil penilaian sikap ini akan dibahas dan
dilaporkan dalam bentuk deskripsi nilai sikap peserta didik. Langkah-langkah
untuk membuat deskripsi nilai sikap selama satu semester:
a. Guru kelas dan guru mata pelajaran mengelompokkan atau menandai
catatancatatan sikap peserta didik yang dituliskan dalam jurnal, baik sikap
spiritual maupun sikap sosial.
b. Guru kelas membuat rekapitulasi sikap dalam jangka waktu satu semester (jangka waktu bisa disesuaikan sesuai pertimbangan satuan pendidikan).
b. Guru kelas membuat rekapitulasi sikap dalam jangka waktu satu semester (jangka waktu bisa disesuaikan sesuai pertimbangan satuan pendidikan).
c. Guru kelas mengumpulkan catatan sikap berupa deskripsi singkat dari
guru mata pelajaran (PJOK dan Agama) dan warga sekolah (guru ekstrakurikuler,
petugas perpustakaan, petugas kebersihan dan penjaga sekolah).
d. Guru kelas menyimpulkan dan merumuskan deskripsi capaian sikap
spiritual dan sosial setiap peserta didik.
Berikut rambu-rambu rumusan deskripsi nilai sikap selama satu semester:
a. Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan
pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras,
misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih
perlu bimbingan dalam hal ...
b. Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap peserta didik yang
sangat baik, baik, cukup, atau perlu bimbingan.
c. Apabila peserta didik tidak memiliki catatan apapun dalam jurnal,
sikap dan perilaku peserta didik tersebut diasumsikan baik.
d. Karena sikap dan perilaku dikembangkan selama satu semester,
deskripsi nilai sikap peserta didik dirumuskan pada akhir semester. Oleh karena
itu, guru mata pelajaran dan guru kelas harus memeriksa jurnal secara
keseluruhan hingga akhir semester untuk menganalisis catatan yang menunjukkan
perkembangan sikap dan perilaku peserta didik.
e. Penetapan deskripsi akhir sikap peserta didik dilakukan melalui
rapat dewan guru pada akhir semester.
Penilaian
Pengetahuan dan Keterampilan
Penilaian
pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah maupun terpadu.
Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan, secara langsung
penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan.
Penilaian
pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar
yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu
1) Penilaian Harian (PH)
Penilaian
Harian dilakukan dalam bentuk tes tertulis, lisan, atau penugasan. Penilaian
harian tertulis direncanakan berdasarkan pemetaan KD dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tema untuk setiap KD muatan
pelajaran. Hal itu memungkinkan penilaian harian dilakukan untuk KD satu muatan
pelajaran atau gabungan KD-KD beberapa muatan pelajaran sesuai kebutuhan.
Sebelum menyusun soalsoal tes tertulis, guru perlu membuat kisi-kisi soal.
Apabila tes tertulis dilakukan untuk mencapai KD satu muatan pelajaran
2) Penilaian
Tengah Semester (PTS)
Penilaian
tengah semester dilaksanakan setelah menyelesaikan separuh dari jumlah tema
dalam satu semester atau setelah 8-9 minggu belajar efektif. PTS
berbentuk tes tulis dan berfungsi untuk perbaikan pembelajaran selama setengah
semester serta sebagai salah satu bahan pengolahan nilai rapor.
Soal atau
instrumen PTS disusun berdasarkan muatan pelajaran sesuai dengan KD yang
dirakit secara terintegrasi. Nilai pengetahuan yang diperoleh dari PTS (NPTS)
merupakan nilai tengah semester dan penulisannya menggunakan angka pada rentang
0-100.
3) Penilaian Akhir Semester (PAS)
dan
Penilaian Akhir Tahun (PAT) Penilaian akhir semester (PAS) dan penilaian akhir
tahun (PAT) dilaksanakan setelah menyelesaikan seluruh tema dalam satu semester
belajar efektif. Penilaian akhir semester/tahun untuk aspek pengetahuan
dilakukan dengan teknik tes tertulis yang berfungsi untuk mengukur pencapaian
hasil pembelajaran selama satu semester serta sebagai salah satu bahan
pengisian rapor.
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar, Penilaian autentik (penilaian Hasil
Belajar Peserta didi Berdasarkan kurikulum 2013) ,(Jakarta: Rajawali Pers,2013)
Nana Sudjana, dan R. Ibrohim, Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. (Bandung: sinar Baru Algensindo, 2007)
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2011)
[1]
Nana Sudjana, dan R.
Ibrohim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: sinar Baru
Algensindo, 2007), hlm. 234
[2]
Zainal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 85
[3]
Kunandar, Penilaian
autentik (penilaian Hasil Belajar Peserta didi Berdasarkan kurikulum
2013) ,(Jakarta: Rajawali Pers,2013), hlm. 82
Comments
Post a Comment