DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN Edisi 2 (REVIEW BOOK)

IDENTITAS BUKU
JUDUL
:
DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN Edisi 2
NAMA PENULIS
:
Prof. Dr. SUHARSIMI ARIKUNTO
KOTA TERBIT
:
JAKARTA
PENERBIT
:
BUMI AKSARA
TAHUN TERBIT
:
2016
CETAKAN
:
V
JUMLAH  HALAMAN
:
344
ISBN
:
978-602-217-257-4

Penulis mengawali buku dengan ini dengan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai pengertian dan perbedaan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi. Menurut Suharsimi, mengukur bersifat kuantitatif karena membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Menilai lebih bersifat kualitatif karena mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Adapun evaluasi merupakan gabungan antara mengukur dan menilai.
Yang dibahas dalam buku ini adalah tentang penilaian pendidikan  secara umum, subyek, prinsip, dan sasaran evaluasi, masalah pembuatan tes yang baik , menganalisis hasil tes, sampai membuat laporan dan evaluasi program pengajaran. Dalam setiap akhir disertai soal sehingga memudahkan pembaca untuk mengukur tingkat pemahamannya.
Dalam kaitan dengan dengan hasil belajar, Suharsimi tidak sependapat dengan asumsi yang menyatakan bahwa kualitas kegiatan belajar mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi prestasi belajar. Namun prestasi belajar ditentukan banyak hal yang keadaannya sangat kompleks. Hal yang terlibat dalam belajar siswa adalah siswa itu sendiri, guru, materi, sarana, pengelolaan, lingkungan, dan proses belajar. Akibat dari menilai bisa dirasakan maknanya bagi siswa, guru, dan sekolah.
Tujuan penilaian  diantaranya sebagai seleksi, bersifat diagnosis, untuk menempatkan siswa,dan  mengukur keberhasilan. Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan adalah: penilaian dilakukan secara tidak langsung, pengunaan ukuran kuantitatif, penggunaan unit atau satuan yang tetap, bersifat relatif, serta sering terjadi kesalahan dalam penilaian.
Berbeda dengan pendapat bahwa subyek evaluasi adalah siswa sebagai orang yang dievaluasi, Suharsimi mengkategorikan pelaksana evaluasi atau guru adalah sebagai subyek evaluasi. Sedangkan yang dimaksud obyek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi.
Hubungan antara tujuan,  KBM dan evaluasi adalah sangat erat sekali. KBM mengarah dari tujuan ke KBM, sebaliknya dari tujuan pemikirannya diarahkan ke KBM. Alat evaluasi mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, sebaliknya pengadaan evaluasi adalah untuk mengetahui tujuan yang telah tercapai. Evaluasi yang dilaksanakan juga harus mengacu atau disesuaikan dengan  KBM  yang dilaksanakan.  Apabila materi pelajaran titik beratnya pada ketrampilan, maka evaluasi pada aspek ketrampilan bukan aspek yang lain.
Ada dua teknik evaluasi,   yaitu tes dan nontes. Dilaihat dari segi kegunaannya, tes terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Tes diagnostik merupakan tes untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga dapat ditentukan langkah perbaikannya. Tes formatif dilakukan setelah akhir setiap program atau bab tertentu. Tes sumatif digunakan setelah berakhirnya materi yang lebih luas jangkauannya. Adapaun teknik nontes berupa skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwayat hidup.
Dalam bab empat penulis membahas mengenai masalah tes. Beberapa istilah dalam tes adalah tes, testing, testee dan tester. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Testing artinya waktu kapan tes itu dilaksanakan. Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Tester adalah orang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pelaksanaan tes kepada para responden.
Sumber persyaratan tes menyangkut dua hal; mutu tes dan pengadministrasian pelaksanaan tes. Kelemahan tes adalah :
1. Adakalanya tes menyinggung seseorang ( walaupun tidak sengaja ), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan atau pengumuman hasil.
2. Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil tes yang murni.
3. Tes mengkategorikan siswa secara tetap.
4. Tes tidak mendukung kemampuan dan daya kreasi siswa.
5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang terbatas.
Ciri-ciri tes yang baik adalah memiliki ; validitas, reliabilitas, obyektifitas, praktibilitas dan ekonomis. Validitas adalah ketepatan tes terhadap apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan ( keajegan ) hasil tes walaupun dilaksanakan berulang kali. Obyektifitas adalah tidak ada unsur subyektif dalam sistem skoring tes. Praktibilatas adalah mudah dalam pengadministrasiannya, baik itu dalam pelaksanaan, pemeriksaan, serta kejelasan petunjuk tes. Ekonomis artinya tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam pelaksanaannya.
Validitas secara mendalam dibahas dalam bab lima.  Valid sering diartikan dengan sahih.Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.  Validitas logis menunjukkan pada sebuah kondisi instrumen yang memenuhi persyartan valid berdasarkan hasil penalaran. Validitas logis ada dua macam, yaitu validitas isi dan validitas konstruksi.  Sedangkan validitas empiris ada dua macam, yaitu validitas “ada sekarang” dan validitas prediksi.
Validitas isi disebut juga validitas kurikuler adalah bila isi tes sesuai dengan materi yang diajarkan guru.Validitas konstruksi adalah bila butir-butir soal yang membangn tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti dalam indikator. Validitas “ada sekarang”  yaitu bila hasil tes sesuai dengan pengalaman / hasil tes sebelumnya. Validitas prediksi yaitu apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa mendatang.
Cara mengetahui validitas alat ukur dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan simpangan dan teknik korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus product moment yaitu : r_xy=(∑xy)/√((∑x^2 )(∑y^2 ) ) 
  
 Keterangan:
    r_xy   =Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel yang    
   dikorelasikan
   ( x=X-M ) dan(  y= Y-M).
   ∑xy   =Jumlah perkalian x dengan y
    x^2   =Kuadrat dari x (deviasi x)
    y^2  =Kuadrat dari y (deviasi y)

Reliabilitas ditentukan oleh banyak hal, namun secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor :
a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya.
b. Hal yang berhubungan dengan tercoba ( testee )
c. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Cara mencari besarnya reliabilitas adalah dengan metode bentuk paralel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method) dan  metode belah dua ( split-half method). Metode belah dua dapat menggunakan rumus Spearman- Brown, yaitu
r_11=(2 r_(½½) )/((1+r_(½½)))
Keterangan :
r_(½½) = korelasi antara skor-skor setiap belahan baris
r_11 = koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan

Bab tujuh merupakan materi tentang taksonomi. Taksonomi merupakan tujuan yang akan dicapai setelah proses pembelajaran selesai. Suharsimi merumuskan tujuan pendidikan dalam tiga tingkatan, yaitu tujuan umum, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku dan tujuan yang dirumuskan secara jelas dalam tingkah laku. Dalam kurikulum 2013 tujuan umum bisa disamakan dengan standar kompetensi, sedangkan tujuan yang didasarkan pada tingkah laku bisa diartikan dengan indikator.
Para ahli memiliki pendapat yang berlainan mengenai taksonomi. Penulis menyebut tujuh pendapat, yaitu menurut Bloom dan kawan-kawan, Harrow, NLSMA, Guilford, Gagne dan Merrill, Garkach dan Sullivan, serta De Block.  Taksonomi Bloom domaian kognitif adalah sebagai berikut:
Domain
Bloom Taksonomi
Pengetahuan
Peserta didik yang bekerja pada tingkat ini hanya berkisar pada mengingat atau menghafal informasi dari yang konkret ke informasi yang abstrak.
Pemahaman
Pada tingkat ini, peserta didik mampu mengerti dan membuat rangkaian dari sesuatu yang dikomunikasikan. Artinya, peserta didik mampu menarjemahkan, menginterpretasi, dan meramalkan kemungkinan dalam berkomunikasi.
Aplikasi
Peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai dan abstraksi dari suatu masalah atau situasi sekalipun tidak diminta untuk melakukannya.
Analisis
Peserta didik dapat memilah dan membagi materi ke dalma beberapa bagian dan mampu mendefinisikan hubungan antara bagian-bagian tersebut.
Sintesis
Peserta didik menciptakan produk, menggabungkan bagian-bagian dari pengalaman sebelumnya dengan bagian yang baru untuk menciptakan keseluruhan bagian.
Evaluasi
Peserta didik memberikan keputusan terhadap nilai dari suatu materi pembelajaran, argumen, atau pandangan yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan.
 Domain afektif  sebagai berikut :
Kemampuan
Proses
Penerimaan
Mengikuti stimulus secara selektif
Tanggapan
Menanggapi stimulus
Penilaian
Memberikan penilaian dan kelayakan sesuatu
organisasi
Membuat konsep nilai dan memecahkan perbedaan nilai-nilai
Internalisasi
Integrasi nilai-nilai ke dalam sistem yang mengontrol perilaku

Domain Psikomotorik sebagai berikut :
Kemampuan
Proses
Persepsi
Isyarat indra yang mengarahkan aktivitas motorik
Kesiapan
Kesiapan fisik, mental, dan emosi untuk melakukan aktivitas
Respon terbimbing
Meniru dan mempraktikkan ketrampilan, tetapi dengan gaya dan langkah sendiri
Respon biasa
Disebut juga mekanisme, yakni tindakan untuk meningkatkan efisiensi, kepercayaan, dan kecakapan
Respon kompleks
Melakukan sesuatu secara otomatis
Adaptasi
Menyesuaikan ketrampilan yangs sesuai untuk memenuhi pemecahan masalah
Organisasi
Menciptakan pola-pola baru dalam situasi khusus

Tujuan Pendidikan dibahas dalm bab delapan.  Namun tujuan pendidikan disini masih seperti pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu Tujuan Instruksional Umum ( TIU ), Tujuan Instruksional Khusus ( TIK ) dan Tujuan Institusional. Disebutkan pula tingkatan dalam tiap domain belajar. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif meliputi receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by value or value complex. Aspek psikomotorik meliputi muscular or motor skills, manipulations of materials or objects, dan neuromuscular coordination.
Tes standar dan tes buatan guru dibahas dalam bab sembilan. Tes standar digunakan dalam tipe soal yang sama dan meliputi bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Perbedaan keduanya adalah jika tes standar didasarkan atas bahan umum dari sekolah seluruh negara, sedangkan tes buatan guru khusus untuk kelasnya sendiri.  Tes standar  mencakup pengetahuan yang luas , sedangkan tes buatan guru mencakup pengetahuan yang sempit. Manfaat tes standar adalah :
a. Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok.
b. Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam ketrampilan di berbagai bidang studi untuk individu atau kelompok.
c. Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau kelas
d. Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode tertentu.
Kegunaan tes buatan guru adalah:
a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai pelajaran yang diberkan dalam suatu periode tertentu.
b. Untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai.
d. Untuk memperoleh suatu nilai.
Tes memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi untuk kelas, fungsi untuk bimbingan dan fungsi untuk administrasi. Tes untuk fungsi kelas adalah untuk :
a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
b. Mengevaluasi celah antara bakat dan pencapaian
c. Menaikkan tingkat prestasi
d. Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
e. Merencanakan kegiatan belajar mengajar untuk siswa swcara perorangan
f. Menetukan siswa manakah yang memerlukan bimbingan khusus
g. Menetukan tingkat pencapaian untuk setiap siswa       

Tes untuk fungsi bimbingan adalah :
a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka
b. Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
c. Membantu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
d. Memberi kesempatan kepada pembimbing, gur dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.

Tes untuk fungsi administrasi adalah:
a. Memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa
b. Penempatan siswa baru
c. Membantu siswa dalam memilih kelompok.
d. Memperluas hubungan masyarakat ( public relation ).
e. Menyediakan nformasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.

Langkah dalam menyusun tes adalah :
a. Menentukan tujuan tes
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu.
e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Komponen atau kelengkapan tes adalah buku tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penilaian. Ranah kognitif diukur dengan tes subyektif dan tes obyektif. Tes subyektif berbentuk esai ( uraian ). Sedangkan tes obyektif meliputi tes benar salah, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan tes isian. Ranah afektif diketahui melalui skala sikap. Ranah psikomotor melalui penampilan.
Sebuah tes yang dibuat harus memiliki validitas isi dan tingkah laku, karena itu dibuat tabel spesifikasi agar tidak menyimpang dari bahan serta aspek kejiwaaan. Tabel spesifikasi disebut juga dengan kisi-kisi. Langkah pembuatan kisi-kisi adalah :
a.    Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan
b.    Memberi imbangan bobot untuk masing-masing materi
c.    Memerinci banya soal untuk tiap-tiap pokok materi
d.   Mencantumkan persentase untuk materi yang seragam, dan tidak perlu mencantumkan persentase bagi materi yang tidak seragam.
Setelah membuat kisi-kisi, baru menentukan bentuk soal dan menuliskan butir-butir soal.
Setelah tes dilaksanakan, maka dilakukan analisis hasil tes. Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu:
a.meneliti secara jujur soal yang telah disusun, kadang-kadang ada perintah yang tidak jelas, taraf kesukaran dan keadaan yang lain.
b. Mengadakan analisis soal, yaitu prosedur sistematis yang berguna untuk memberi informasi mengenai butir soal yang telah dibuat.
c. Mengadakan penelitian validitas.
d. Mengadakan penelitian reliabilitas.
Bab enam belas buku ini membahas mengenai pengolahan nilai. Ada empat skala penilaian: skala bebas, skala 1-10, skala 1-100, dan skala huruf. Setelah itu siswa dapat diketahui kedudukannya dalam kelas. Ada empat cara mengetahui kedudukan siswa, yaitu dengan rangking sederhana, dengan rangking presentase, dengan standar deviasi, dan dengan menggunakan z-score.Nilai akhir sangat penting bagi siswa, karena memiliki empat fungsi, yaitu fungsi instruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administratif.
Nilai dari siswa perlu dilaporkan. Laporan ini bermanfaat bagii siswa itu sendiri, bagi guru yang mengajar, bagi guru lain, bagi petugas lain di sekolah dan bagi wali murid. Dari nilai yang telah didapat, guru dapat mengevaluasi program yang telah dilaksanakan di kelas.  Misalnya mengenai metode atau pendekatan dalam mengajar, penggunaan media pembelajaran,dan faktor lingkungan.



Comments

Popular posts from this blog

EVALUASI dan PENILAIAN dalam KURIKULUM 2013

PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Aliran filsafat pendidikan modern