Abu Hurairah di mata muhadditsin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal usul Abu Hurairah
Nama aslinya adalah Abdus Syamsi. Setelah masuk pada perang Khaibar, dia mengganti
namanya menjadi Abdur Rahman bin Sahri Ad-Dausi Al Yamani. Kemudian oleh
Rasululloh ia diberi gelar Abu Hurairah, yang berarti Bapak kucing kecil. Nama
itu diberikan setelah ia membawa seekor kucing kecil ke hadapan Rasululloh SAW.
Rasulullah sendiri memanggil dengan nama Abu Hirr[[1]].Abu
Hurairah memang seorang penyayang binatang dan mempunyai seekor kucing yang
selalu beliau beri makan, digendong, dibersihkan dan diberi tempat. Kucing itu
selalu menyertainya seolah-olah menjadi bayang-bayangnya.
Dia adalah salah seorang sahabat yang
mendapat gelar kehormatan oleh para ulama dengan Al-Imam, Al-Faqih,
Al-Mujtahid, dan Al-Hafidz.
Penulis sejarah Islam tidak banyak yang
menulis keadaan Abu Hurairah pada masa sebelum beliau masuk Islam. Dia banyak
dikenal setelah bertemu Nabi dan masuk Islam.
Abu Hurairah berasal dari Yuna wilayah
Daus di Yaman. Lahir pada tahun 21 SH/602 M Beliau dibesarkan dalam keadaan
yatim. Berhijrah dalam keadaan miskin. Beliau bekerja pada keluarga Busrah
Binti Ghazwan.
B. Proses keislaman Abu Hurairah
Abu Hurairah masuk Islam setelah
mendengar dakwah kawan sedaerahnya, yaitu Thufail bin Amr Al Dausi. Thufail
datang menemui Nabi SAW sambil menutup telinganya dengan kapas ( hanya dengan
cara ini yang diperbolehkan kaum Kafir Quraisy untuk menemui Nabi SAW). Namun
ayat Al-Qur’an menembus telinganya dan sampai ke hati hingga menyebabkan
Thufail Masuk Islam.[[2]]
Abu Hurairah hijrah pada tahun 7 H (629 M) pada malam hari saat
terjadi perang Khaibar.Beliau shalat Subuh pertama di Madinah bermakmum pada
Sibi’ bin Arfathah, wakil Rasulullah selama beperang di Khaibar.
Ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan
kerinduan. Menurut para penulis biografi sahabat Rasul, sejak ia bertemu Nabi
SAW dan berbaiat kepada beliau untuk masuk Islam, ia bisa dikatakan tidak
pernah berpisah dengan beliau kecuali pada saat tidur saja. Abu Hurairah
memiliki sifat yang terpuji, yaitu sifat ketabahan jiwa yang mengagumkan dalam
mengemban tanggung jawab yang mulia. Kesabaran adalah senjata yang paling ampuh
dalam menepis segala godaan hawa nafsu. Abu Hurairah dalam kefakirannya selalu
bersifat sabar. Dia mendapat makan dari Rasulullah, atau upah membantu orang
lain. Dia tinggal di serambi masjid bersama sahabat Muhajirin yang lain (Ashabu
Suffah). Keadaan itu berjalan selama beberapa tahun yang dilaluinya bersama
Rasulullah SAW, sejak ia masuk Islam sampai Nabi wafat.
C. Abu Hurairah Bersama Rasulullah SAW
Waktu bersama Rasul SAW ( tahun 7–11
Hijriyah)[[3]]
dimanfaatkan betul oleh Abu Hurairah. Beliau menyadari kebutuhan masyarakat
baru yang dibangun oleh Islam, yaitu kebutuhan terhadap orang-orang yang mampu
memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada waktu itu diantara para
sahabat memang sebagian mampu menulis. Namun jumlah mereka sedikit sekali,
belum lagi jumlah yang sedikit itu sebagian tidak memiliki kesempatan untuk
mencatat hadis-hadis yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Abu Hurairah sendiri juga bukan
merupakan penulis, melainkan seorang penghafal yang mahir. Disamping itu ia
memiliki kesempatan atau waktu luang yang banyak baginya, karena ia tidak punya
tanah yang akan digarap atau perdagangan yang akan diurus. Diapun menyadari
bahwa dirinya termasuk orang yang masuk belakangan dibanding sahabat yang lain.
Karena itu belau bertekad mengejar ketertinggalannya dalam memeluk agama Islam.
Abu Hurairah selalu mengikuti Rasulullah
terus menerus dan senantiasa mengikuti
majlisnya.Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasulullah
SAW, beliau pernah tersiksa oleh rasa lapar yang tidak pernah dirasakan oleh
sahabat lain. Perutnya diikat dengan batu dan menekan hatinya dengan kedua
tangan.Kemudian beliau terjatuh di masjid sambil menggeliat kessakitan, hingga
sebagian sahabat mengira beliau sedang terserang penyakit epilepsi, padahal
sama sekali bukan. [[4]]
Abu Hurairah pada awalnya merasa
memiliki ingatan yang kuran bagus, sehingga ia meminta Rasulullah untuk
mendoakannya. Dia berkata” Ya Rasulullah, aku mendengar banyak hadis darimu
tapi setelah itu aku lupa.” Nabi berkata “Bentangkan jubahmu”. Lalu dengan
kedua tangannya Nabi menyendok ( yaitu Nabi membuat isyarat seolah-olah
menyendok sesuatu dan dimasukkan ke dalam jubah) seraya berkata”Satukan
ujung-ujung jubah itu.” “Aku melakukan hal itu dan dan aku tidak lupa sesuatupun
sejak itu”.
Riwayat serupa juga dituturkan Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, antara lain sebagai berikut “ Barang siapa
membentangkan sorbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian dia meraihnya
kepada dirinya maka ia tidak akan lupa satupun dari apa yang telah didengarnya
dariku. Maka kuhamparkan kainku lalu Nabi berbicara kepadaku, kemudian aku
meraih kain itu, dan setelah itu tak ada satupun yang terlupakan dari apa yang
kudengar darinya.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Al-A’raj
menyatakan “Abu Hurairah talah berkata, Sesungguhnya aku ini orang miskin,
menjadi pelayan Rasulullah SAW untuk memenuhi tuntutan perutku “. ( HR.
Bukhari)
D. Kiprah Abu Hurairah Setelah Nabi Meninggal.
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, Abu
Hurairah terus menyampaikan hadis kepada umat Islam. Data- data dari Abu
Hurairah kemudian ditulis oleh Hamman bin Munabih, seorang murid kenamaan Abu
Hurairah dari kalangan tabi’in. Dia menulis hadis-hadis dari Abu Hurairah
kemudian disimpan dalam kitab, yang kemudian oleh sejarawan diberi nama
Shahifah Abu Hurairah. Hadis-hadis tersebut diperkuat dengan data-data hadis
yang ada dalam Musnad Ahmad dan banyak tercantum dalam Shahih Al-Bukhari.
Mamman bin Munabih menyatakan “ Saya
mendengar Abu Hurairah berkata: tidak seorangpun dari sahabat Rasulullah SAW
yang lebih banyak dariku dalam periwayatan hadis dari beliau kecuali Abdullah bin Amr karena beliau bisa
menulis, sedangkan saya tidak bisa menulis.”[[5]]
Abu Hurairah adalah manusia biasa ,
tidak masyhur seperti Nabi, tapi tidak diriwayatkan cela dan cacat yang
menunjukkan beliau tidak jujur, pemalsu hadis dan sebagainya. Demikian salah
satu pandangan menyatakan. Dalam seluruh hidupnya, Abu Hurairah mencurahkan
untuk memelihara dan menyebarluaskan hadis. Dia berkata: Aku bagi malam menjadi
tiga bagian, sepertiga untuk salat, sepertiga untuk tidur, dan sepertiga untuk
menghafal hadis.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu
hadis yang dengan sengaja membuat hadis-hadis bohong dan palsu, mereka
memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenarannya dalam
meriwayatkan hadis Nabi SAW. Namun dengan usaha keras dari ahli hadis,
menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya sebagai penyampai hadis
menjadi bersinar lagi.
Para ahli sunah dalam memandang Abu
Hurairah sama dengan sahabat yang lain. Hanya satu yang mereka catat
kelebihannya, yaitu sebagai sahabat periwayat hadis terbanyak di kalangan
sahabat, mengalahkan Abdullah bin Amr bin Ash yang dulu diakui oleh Abu
Hurairah sebagai sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis. Dan juga mengalahkan
Aisyah yang punya kesempatan bergaul dengan Nabi melebihi sahabat yang lainnya,
karena dia adalah salah satu istri Nabi yang cerdas.
Abu Hurairah selain sebagai periwayat
hadis yang terkemuka, beliau juga terkenal sebagai ulama yang memberi fatwa kepada
masyarakat dari Al-Qur’an, hadis dan ijtihadnya sendiri.Ayat-ayat Al-Qur’an
yang diriwayatkannya berjumlah puluhan ayat, yang kemudian dibukukan oleh Ishaq
bin Rawahah dalam kitab Musnadnya.
Abu Hurairah aktif dalam lembaga fatwa
lebih dari dua puluh tahun, dan termasuk salah satu dari lima mufti besar di
kota Madinah, yang terdiri dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Said, Jabir, dan Abu
Hurairah sendiri. Saat menjadi gubernur Bahrain, Abu Hurairah sering
menyampaikan fatwa sendiri disamping fatwa Umar yang diwakilkan kepadanya
sebagai pemimpin pemerintahan.
Ajjaj Al-Khatib menjelaskan bahwa Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis dari
sahabat lain seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Al-Fadh bin Abbas bin Abdul
Muthalib, Ibnu Abi Ka’ab, Usamah bin Zaid, Aisyah Ummu Mukminin, Basrah bin Abi
Basrah dan Ka’ab Al-Akhbar( yang terakhir ini dari golongan tabi’in). Sedangkan
sahabat yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah antara lain Ibnu Abbas, Ibnu
Umar, Anas bin Malik, Watsilah bin Aqsa’, Jabir bin Abdillah Al-Anshari, dan
Abu Ayyub Al-Anshari.
Al Bukhari mengatakan bahwa lebih dari
800 (delapan ratus) orang bahkan lebih, peminat ilmu dari kalangan sahabat dan
tabi’in dan lain sebagainya telah meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah. Mereka
dari golongan tabi’in itu adalah imam dan pemuka dalam bidang iqih dan hadis,
antara lain Bassir bin Nahik, Hasan Al Basri, Zaid bin Ibnu Musayyab,Sulaiman
bin Yasar, Syafi bin Mati’, Syahar bin Khaosab, Amir Al Syu’bi, Abdullah bin
Saad( pembantu Aisyah), Abdullah bin Utbah Al Hadzali, Abdurrahman bin Harmaz
Al A’raj, Abd. Al Ghazali bin Marwan, Urwah bin Jabir, Atha’ bin Abi Rabbah,
Atha’ bin Yassar, Umar bin Khaldah ( Qadi Madinah), Amar bin Dinar, Al-qasim
bin Muhammad, Qabisa bin Duaib, Katsir bin Marrah, Muhammad bin Sirrin, dan Muhammad bin Musim Al Zuhri. Mereka yang
mencatat langsung dari Muhammad bin Al Mundakar, Marwah bin Al Hakam, Abu Said
Al Muqabar, Abu Shalih Al Saman dan lain sebagainya.
Hadis yang disampaikan Abu Hurairah
tersebut dicatat oleh imam-imam hadis kalangan ahlu sunah dalam kitabnya
masing-masing. Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dalam musnadnya sebanyak
3.848. Imam Baqi bin Mukhalad meriwayatkan sebanyak 5.374 buah dalam Musnadnya.
Imam Bukhari meriwayatkan 325 buah hadis. Bukhari sendiri meriwayatkan 93 buah
hadis sedangkan Muslim meriwayatkan 189 buah hadis.
Abu Hurairah meninggal dunia dalam usia 78
tahun di Madinah pada tahun 57 Hijriyah.[[6]].
E. Pendapat Muhadditsin tentang Abu
Hurairah.
Abu Hurairah yang terus menyampaikan
hadis sepeninggal Nabi Muhammad SAW menimbulkan kecurigaan dari sebagian
sahabat. Abu Hurairah memberi penjelasan, “ Kalian telah mengatakan bahwa Abu
Hurairah terlalu banyak mengeluarkan Hadis dari Nabi SAW dan kalian juga
menyatakan bahwa orang orang muhajirin yang lebih dulu masuk Islam tidak
menceritakan hadis-hadis itu. Ketahuilah bahwa sahabatku dari kalangan
Muhajirin sibuk dengan perdagangan mereka di pasar, sedangkan sahabtku dari
kalangan Ansor sibuk dengan tanah pertanian mereka. Adapun aku, aku adalah
orang miskin yang banyak menyertai majlis Rasulullah SAW. Aku hadir ketika
mereka absen, dan aku ingat ketika mereka lupa.”
Sabda Nabi yang dianggap shahih mengenai
Abu Hurairah ini , sebagaimana dicatat Al-Hakim yang menerima riwayat dari Abu
Abbas bin Ya’kub yang diterima dari Al-Abbas Muhammad Ad-Daura, dari Abu Shadik
An-Naji dari Abi Said Al-Khudry, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah
menyatakan,”Abu Hurairah adalah lautan ilmu.”[[7]]
Dalam hadis lain dinyatakan,”Sungguh aku
telah menyangka , tidak akan bertanya tentang hadis ini mendahului kamu karena
aku tahu kesungguhan kamu terhadap hadis.”
( HR. Al-Bukhari)
Umar bin Khattab melalui dialog yang
panjang dan pengujian yang lama, yang dilatarbelakangi ketidaksetujuan Umar terhadap
sahabat yang terlalu banyak meriwayatkan hadis, karena ditakutkan Al Qur’an
tercampur dengannya, akhirnya membolehkan Abu Hurairah meriwayatkan hadis.
Marwan Bin Hakam bermaksud menguji
kemampuan Abu Hurairah dalam hafalan. Dia memanggil Abu Hurairah dan eminta
kepadanya mengabarkan hadis-hadis dari Rasulullah SAW. Dari balik dinding
seorang penulis menulis apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah. Setelah satu
tahun, Marwan Bin Hakam memanggil kembali Abu Hurairah dan memintanya agar
membacakan lagi hadis-hadis yang tahun sebelumnya telah ditulis sekretarisnya.
Ternyata tidak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau hanya sepatah kata.
Suatu hari Zaid bin
Tsabit mengatakan kepada Rasulullah SAW bahwa dia meminta kepada Allah ilmu
yang tidak terlupakan, tapi Rasulullah berkata “ Kalian telah didahului oleh
orang dari Daus ( Abu Hurairah ).”
Dari Abi Said Al-Khudri, berkata Rasulullah SAW “ Abu Hurairah
bagaikan suatu wadah yang penuh dengan ilmu “.
Abdullah bin Umar
Berkata “ Wahai Abu Hurairah, engkau selalu menyertai Rasulullah SAW, maka
beritahu kami hadis tentang beliau “.
Thalhah bin Ubaidillah
berkata “Tidak diragukan lagi, sesungguhnya Abu Hurairah mendengar apa yang
tidak kita dengar, kami mendengar seperti dia juga mendengar, tapi dia hafal
dan kami lupa.”
Imam Syafi’i mengemukakan
pendapatnya tentang Abu Hurairah, “ Dia seorang yang paling banyak hafal
diantara seluruh perawi hadis semasanya.
Al-Bukhari menyatakan,
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah tidak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditakdirkan kelestarian dan
keabadiannya.”
Al Hafidz Syamsudin Ad
Dzahabi mengatakan “Abu Hurairah sangat bagus hafalannya, Kami tidak mengetahui
kesalahannya dalam hadis.”
Ibnu Katsir mengatakan
“Abu Hurairah termasuk orang yang jujur, bagus hafalannya, memahami agamanya,
ahli ibadah, termasuk orang yang zuhud, selalu mengerjakan amal shaleh “.
Ubay bin Kaab Berkata,
” Abu Hurairah adalah orang yang berani, ia banyak bertanya kepada Nabi SAW
tentang segala sesuatu, sedangkan kami tidak berani. Dan ketika saya diutus
oleh Ibnu Umar untuk meminta keterangan kepada Aisyah tentang hadis mengenai
jenazah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, maka jawab Aisyah benar Abu
Hurairah.
Zaid bin Tsabit
berkata, ”Ketika seseorang bertanya tentang sesuatu, aku menyarankan sebaiknya
bertanya kepada Abu Hurairah.”
Ibnu Abbas berkata, “
Ketika datang seseorang bertanya kepadanya tentang sesuatu, ia berkata kepada
Abu Hurairah: berilah fatwa hai Abu Hurairah, sesungguhnya engkau muncul
sebagai tempat menyelesaikan masalah. “
Ka’ab Al Akhbar
berkata, “ Aku tidak melihat seseorang yang membaca kitab taurat dan lebih
mengetahui yang terkandung di dalamnya selain Abu Hurairah.
Muhammad Bin Amarah
bin Amar bin Hazm berkata,” Sesungguhnya pada hari itu aku mengetahui manusia
yang paling hafal hadis-hadis Nabi dan majlisnya selalu dikunjungi orang yang
didalamnya dia sebagai guru yang meriwayatkan hadis kepada mereka dari kalangan
sahabat yang belum mengetahui hadis Nabi, kemudian Abu Hurairah meriwayatkan
kepada mereka.”
Abu Shalih Al Sam’ani
berkata, “Abu Hurairah adalah yang paling hafal diantara sahabat tentang
hadiis-hadis Nabi.”
Imam Al Dhahabi
berkata, “Abu Hurairah adalah penghafal yang paling tinggi dari apa yang
didengar dari Nabi dan mengetahui seluk beluk hurufnya hingga dia dapat
mengetahui bila periwayatan itu salah.”
Abu Shalih berkata, “
Abu Hurairah adalah penghafal dari kalangan sahabat.” Dalam riwayat lain
disebutkan bahwa Abu Hurairah adalah paling hafal tentang hadis-hadis Nabi.
Al Hafidz Ibnu Hajar
Al Asqalani berkata, “Sesungguhnya Abu Hurairah adalah yang paling hafal dari
setiap periwayat hadis pada zamannya. Dan tidak ada seorangpun dari kalangan
sahabat yang seperti dia.”
Dalam Shahih Bukhari
disebutkan bahwa Abu Hurairah berkata ,” Aku telah menerima dua bejana dari
Rasulullah SAW:bejana yang petama (yakni ilmu) akan aku sampaikan kepada
manusia, sedangkan bejana yang satu lagi akan aku simpan untuk diriku sendiri.
Sebab jika kau ceritakan maka leherku akan dipenggal”. Sebagian ulama seperti
Ibnu Hajar mengatakan, “ Boleh jadi bejana yang kedua itu berisi hadis-hadis
yang berisi celaan terhadap khalifah-khalifah Bani Umayyah.” Jika Abu Hurairah
menyampaikannya maka dia akan celaka, yaitu dibunuh.
Ini bukanlah berarti
Abu Hurairah menyembunyikan ilmu, karena hadis yang dia sembunyikan adalah
hadis yang tidak dibutuhkan oleh manusia. Karena dia adalah seorang perawi yang
tidak sanggup menyembunyikan ilmu yang dibutuhkan manusia, namun terhadap ilmu
yang tidak dibutuhkan, dia mampu melakukanya.[[8]]
Pernyataan diatas merupakan
kekaguman para ahli hadis kepada Abu Hurairah. Mereka mengetahui dia adalah
sahabat yang luas ilmunya dan periwayat hadis yang paling banyak. Namun
demikian , kekaguman dan kepercayaan yang besar ini tentunya tidak menyebabkan
dihentikannya penelitian terhadap hadis yang diisyaratkan bersumber dari Abu
Hurairah.Tapi justru nama besar Abu Hurairah dikhawatirkan disalahgunakan,
yakni menyebarluaskan hadis-hadis palsu dengan bermacam-macam motivasi dan
tujuannya.
Namun harus diakui
pula bahwa banyak yang mengkritik beliau. Seperti Abu Rayyah yang menyatakan
bahwa Abu Hurairah bergabung dengan Nabi karena kerakusannya. Sebuah hadis
masyhur menyebutkan, “ Aku ini orang miskin, aku bergabung dengan Nabi ‘ala
mil’i bathn... Abu Rayyah menafsirkan ini dengan “ untuk mengisi perut” .
Dengan mengartikan bahwa ‘ala bermakna li, yang artinya demi atau
karena. Musthafa Al-Siba’i menuduh Abu Rayyah telah melakukan distorsi atas
teks. Karena semua riwayat dalam Bukhari dan Muslim menyebutkan akhdimu(melayani)
dan alzamu (aku tinggal bersama) bukannya ashabu ( aku
mendapatkan). Jawaban ini disanggah oleh Abu Rayyah bahwa Bukhari juga memuat
riwayat lain...bi syiba’ bathnihi atau ...li asy syiba’ bathnihi.
Upaya menjatuhkan Abu
Hurairah juga datang dari Al-Tsa’alibi (wafat
429 H /1038 M). Di dalam bukunya disebutkan bahwa Abu Hurairah rakus
kalau makan dan suka madhirah, yaitu hidangan berupa susu dan daging, sehingga
Abu Hurairah mendapat julukan Syaikh Al-Madhirah. Al-Tsa’alibi juga
mencantumkan beberapa gurauan Abu Hurairah.
Al-Siba’i dan
Al-Samahi menolak upaya-upaya menyalahkan dan mempertalikan seperti itu. Allah
tidak melarang manusia untuk menikmati makanan. Allah juga tidak melarang
perbuatan polos yang menggelikan hati, yang kesemuanya itu tidak mengganggu ke-
‘adalah-annya dalam meriwayatkan hadis.
Masalah berapa lama
Abu Hurairah bersama Nabi juga menjadi perhatian muhadditsin. Abu Rayyah
meragukan hadis yang terlalu banyak diriwayatkan Abu Hurairah, sementara waktu
bersama Rasulullah sangat singkat. Abu
Hurairah sendiri berkata,” Aku bersama Rasulullah selama tiga tahun.” Sedangkan
masa Abu Hurairah bersama Nabi sampai wafatnya berlalu waktu lima puluh bulan.
Maka mana yang benar, tiga tahun atau lima puluh bulan?
Al-Mu’allimi berasumsi
bahwa Abu Hurairah menyebut tiga tahun hanyalah untuk menunjukkan dirinya tidak
tinggal bersama Nabi selama lima puluh bulan, tetapi dirinya melewatkan waktu
sedikit di tempat lain. Nabi Muhammad SAW mengutus Abu Hurairah bersama Al-A’la
Bin Al-dhrami ke Bahrain untuk menjalankan misi.
Al-Siba’i menafsirkan
tiga tahun terakhir sebelum Nabi wafat, terjadi banyak peristiwa sehingga dapat
menjadi sebab sedemikian banyak hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah.
Demikian sahabat Nabi
yang satu ini menjadi salah seorang yang utama sebagai saksi hidup Nabi Muhammad
SAW. Kesaksiannya selalu direkam dalam ingatan dan hafalannya hingga akhir
hayatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Abu Hurairah adalah seorang sahabat utama sebagai saksi hidup Rasulullah
SAW. Dengan penuh cinta dan kesetiaan, secara terus menerus
selama tiga atau empat tahun bergaul dengan Nabi Akhir zaman ini. Kemiskinan
menjadi salah satu alasan mengapa dia tidak hidup seperti sahabat yang lain.
Beliau tidak berdagang di pasar atau bertani seperti kebanyakan sahabat
Muhajirin dan Anshar. Maka dia menjadi rujukan tentang hal ihwal Nabi SAW.
Majlis ilmu yang didirikannya banyak dihadiri oleh sahabat kecil dan para
tabi’in, untuk menerima informasi penting mengenai dir dan sabda-sabda
Rasulullah SAW. Dia telah berperan sebagai mediator atau penyampai utama dari
hadis-hadis yang diterima langsung dari Rasulullah untuk disampaikan kepada
umat Islam. Cara yang demikian tampaknya menjadi alternatif bagi sahabat yang
tidak berkesempatan mendenagar dan melihat langsung tindakan Nabi Muhammad SAW.
Diantara sebab Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis adalah :
a. Dia memilik waktu luang yang lebih
banyak untuk menyertai Nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan sahabat yang lain.
b. Dia memiliki daya ingat yang kuat,
dan dimintakan berkah dari Rasulullah SAW sehingga ingatannya semakin kuat.
c. Dia meriwayatkan hadis bukan karena
gemar becerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadis adalah
tanggung jawabnya terhadap agama dan hidupnya.Jika dia tidak melakukannya,
berarti telah menyembunyikan kebaikan dan kebenaran, dan termasuk orang yang
lalai.
B. Saran
Dalam menuntut ilmu hendaklah dengan niat yang ikhlas dan sabar. Ilamju yang didapatkan hendaknya tidak
didiamkan saja, tetapi diamalkan agar bermanfaat bagi orang lain. Karena
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
’Aid
Abdullah Al-Qarni.Ada Benalu di Tubuh Sunnah. Jakarta:Sahara Publisher.
2004
Badri
Khaeruman. Ulum Hadis.Bandung: Pustaka Setia. 2010
Badri Khaeruman.2004. Otentisitas Hadis
Studi Kritis Atas Kajian Hadis Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hepi Andi Bastoni.. 101 Sahabat Nabi.
Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2004
Khalid Muhammad Khalid. Biografi 60 Sahabat
Nabi SAW. Jakarta: Ummul Qura.2012
Muhammad Alawi Al-Maliki.. Ilmu Ushul
Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2012
Muhammad Fuad Abdul Baqi. Al-Lu’lu’ Wal Marjan Mutiara Hadits
Shahih Bukhari dan Muslim.Solo: Ummul Qura.2011
Syauqi Abu Khalil. Atlas Hadis Nabawi. Damaskus: Darul Fikri.2005
[1] . Andi Bastoni,
Hepi. 2004. 101 Sahabat Nabi. Jakarta: Pustaka Al Kausar, 120
[2] . Khaeruman, Badri.2004. Otentisitas Hadis
Studi Kritis Atas Kajian Hadis Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
hal.147
[5]. Fuad Abdul
Baqi,Muhammad. 2011. Al-Lu’lu’ Wal Marjan Mutiara Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.Solo:
Ummul Qura,hal. xIiv
Comments
Post a Comment