Motivasi Belajar

MOTIVASI BELAJAR                                 
PENDAHULUAN
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki tujuan dan latar belakang yang membuat kita melakukan  hal tersebut. Begitu juga dengan proses belajar. Belajar adalah kegiatan penting yang harus dilakukan siswa apabila ingin sukses di masa mendatang. Untuk apa belajar, mengapa perlu belajar, adalah pertanyaan ini sering terdetik dalam hati setiap siswa.
Anggapan penting tidaknya belajar bisa dilihat dari suka atau tidaknya siswa mengikuti pembelajaran di kelas. Walaupun mengikuti pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor rasa suka atau tidak suka belajar bagi siswa, namun hal tersebut sangat berpengaruh pada aktivitas belajar. Latar belakang, tujuan, dan keinginan yang dimiliki siswa sehingga mampu mendorongnya untuk selalu mengikuti pembelajaran inilah yang disebut dengan motivasi belajar.   
            Motivasi sangat diperlukan dalam diri siswa. Motivasi yang besar membuat siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga belajarnya menjadi maksimal. Rasa ingin tahu membuat siswa serius dalam belajar. Motivasi yang rendah adalah salah satu faktor penghambat dalam kegiatan pemelajaran. Siswa menjadi malas menjalani kehidupannya secara keseluruhan. Apabila seseorang memiliki motivasi besar, ada kekuatan pendorong yang mengalir dalam dirinya. Jika ini dimiliki siswa dalam belajar, maka bisa membuat perubahan besar. Siswa akan terus terdorong untuk melampiaskan rasa ingin tahunya.
            Motivasi merupakan modal penting untuk belajar. Tanpa ada motivasi, proses pembelajaran akan kurang berhasil. Seorang siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi namun memiliki motivasi yang rendah maka akan dia akan kurang berhasil. Apakah motivasi itu ? Bagaimana cara guru membangkitkan motivasi belajar siswa? Hal-hal tersebut akan dibahas dalam makalah ini.
A. MOTIVASI BELAJAR
            Menurut Sukmadinata, motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai tujuan.[1] Segala apa yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang ingin dicapai dan hal yang penyebabkan melakukan hal tersebut. Seperti belajar giat agar mendapat nilai bagus, bekerja keras untuk membiayai anak sekolah dan membeli perhiasan untuk pengakuan sosial.
            Motivasi menurut Sugihartono,dkk adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.[2] Motivasi yang besar dapat dilihat dari ketahanan dalam menghadapi kesulitan dan keseriusan melakukan sesuatu. Motivasi yang besar membuat pelakunya semangat melakukan sesuatu.Sebaliknya jika malas melakukan sesuatu, motivasinya juga rendah.
            Menurut Widiasworo, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak, baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu untuk menjamin kelangsungan dan memberi arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek itu dapat tercapai.[3]
            Motivasi berasal dari kata motif, yang berarti daya penggerak agar menjadi aktif.Motivasi ada yang berasal dari dalam individu dan dari luar. Hal yang mendorong itu menurut para ahli dibedakan menjadi desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need, dan keinginan atau wish.[4] Desakan merupakan dorongan yang bersifat jasmani, motif bersifat rohani, kebutuhan merupakan kehendak memenuhi kebutuhan yang dirasakan masih kurang, sedangkan keinginan adalah harapan terhadap hal yang dibutuhkan.
            Menurut Kompri, motivasi adalah kekuatan ( energi ) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri ( motivasi instrinsik ) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)[5]. Motivasi seseorang sangat memengaruhi mutu pekerjaan yang dilakukannya. Proses motivasi ada tiga langkah, yaitu :
1.    Adanya dorongan ( desakan, motif, kebutuhan, atau keinginan ) yang mengakibatkan suatu perasaan tertekan. Energi dari dalam diri menimbulkan rasa tertekan ini menjadi daya dorong yang kuat untuk mencapai tujuan yang akan diraih sehingga muncul keinginan melakukan suatu tindakan.
2.    Melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Keadaan psikologis yang tertekan menimbulkan tindakan  yang bermotif. Tindakan akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Semakin lama ketegangan ini akan makin kendur atau menghilang.
3.    Tujuan tercapai sehingga hilang ketegangan dan timbul kepuasan batin. Semakin sulit kegiatan yang dilakukan, semakin besar rasa puas yang akan diperoleh. Tenaga yang keluar dalam betindak akan tergantikan dengan hasil yang diperoleh sehingga hati menjadi puas.
Ada beberapa pendapat tentang definisi belajar. Menurut aliran skolastik, belajar pada hakikatnya  adalah  mengulang-ulang bahan yang harus  dipelajari. Dengan diulang itu, maka bahan  pelajaran akan  makin diingat (dikuasai). Jadi   menurut aliran skolastik, inti belajar adalah ulangan.[6]                                                                                                                                                                
Sedangkan menurut Winkel, belajar yaitu “suatu aktifitas mental / psikis,  yang berlangsung  dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan  sejumlah  perubahan  dalam  pengetahuan-pemahaman,  ketrampilan  dan nilai-sikap.”[7] Perubahan  itu  bersifat  secara  relatif  konstan  dan  berbekas. Belajar  menurut  Slameto adalah “suatu  proses usaha yang dilakukan  seseorang untuk memperoleh  suatu  perubahan  pengalamannya  sendiri dalam interaksi dengan  lingkungannya.”[8]
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa  belajar adalah usaha yang  dilakukan  secara  mental ,  guna  memperoleh  perubahan  tingkah  laku,  sebagai   hasil  interaksi  aktifnya   dengan   lingkungan  dan   perubahan   yang diperoleh tersebut bersifat konstan yang tidak mudah hilang.Sedangkan pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberi pelayanan agar siswa belajar. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada penekanannya. Belajar menekankan pada siswa dan proses yang menyertainya dalam rangka perubahan tingkah laku. Pembelajaran lebih menekankan pada gur dan upayanya untuk membuat siswa belajar.
Komponen guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan dapat berjalan maksimal apabila ada sesuatu yang mendorong mereka melakukan hal tersebut, yaitu motivasi. Pada dasarnya siswa memiliki berbagi macam motivasi dalam belajar. Motivasi ada yang dari dalam diri siswa ( intrinsik ) dan ada yang berasal dari luar ( ekstrinsik ). Motivasi ekstrinsik misalnya motivasi dari guru, orang tua, lingkungan belajar dan dari teman. Kedua jenis motivasi tersebut memiliki peran tersendiri dalam pencapaian prestasi belajar.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai peran besar dalam mencapai keberhasilan, membina kreatifitas siswa, disiplin kelas, dan menentukan efektifitas belajar. Motivasi merupakan prinsip yang harus dikembangkan agar kegitan pembelajaran dapat lebih bermakna dan menarik.
Ada beberapa indikator yang menunjukkan siswa memiliki tingkat motivasi yang rendah, yaitu :
1.    Sering membolos sekolah. Bagi siswa bermotivasi rendah, sekolah adalah merupakan kegiatan yang membosankan. Sedikit atau bahkan tidak ada hal yang menyebabkan mereka betah tinggal di sekolah. Mereka lebih memilih membolos dan berada di luar sekolah daripada mengikuti pembelajaran di kelas.
2.    Sering tidak masuk sekolah. Berbagai alasan akan dikemukakan siswa bermotivasi rendah untuk tidak berada di sekolah, maka mereka sering absen. Entah karena ada pekerjaan rumah, tidak suka dengan guru, pura-pura sakit, atau beralasan tidak ada kendaraan untuk berangkat.
3.    Tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Siswa memang berada di kelas dari awal hingga akhir pelajaran, namun mereka malas dan tidak serius belajar. Siswa demikian sekan-akan terpaksa mengikuti pembelajaran dan agar tidak dimarahi guru saja. Ekspresi siswa tidak bermotivasi ini dapat dililihat saat pembelajaran berlangsung, seperti asyik bicara dengan teman, sibuk sendiri, tidur di kelas dan melamun.
4.    Malas mengerjakan tugas. Alasan yang dikemukakan seperti kesulitan, lupa, tidak memiliki bahan, listrik padam, banyak tugas pada pelajaran lain, atau teman kelompok yang tidak sesuai dengan keinginannya.  Hal ini tentu menjadi penghambat siswa untuk meraih prstasi yang maksimal.
5.    Rasa ingin tahu yang rendah. Rasa ingin tahu sangat penting bagi siswa untuk menjadi motivasi dalam belajar, karena akan mendorong siswa untuk mencari jawaban atas suatu fakta. Rasa ingin tahu yang rendah akan membuat siswa malas belajar.
6.    Cepat putus asa bila menghadapi kesulitan. Siswa yang tekun akan pantang menyerah bila dan sekuat tenaga akan memecahkan kendala dalam pembelajaran. Namun sebaliknya siswa yang rendah motivasi belajarnya akan cepat putus asa dan mudah menyerah.
7.    Cepat bosan. Pembelajaran bagi siswa motivasi rendah adalah hal yang menjemukan, apalagi bila guru menyajikan pelajaran dengan metode yang monoton, tidak ada media pembelajaran, atau sikap guru yang kurang ramah.
8.    Tidak ada usaha untuk menggapai prestasi. Siswa yang memiliki nilai akademik yang baik pasti ingin agar dia menjadi juara kelas. Namun hal ini tidak terjadi pada siswa yang rendah motivasi belajarnya.Entah itu karena faktor dari diri sendiri atau dari luar.
9.    Rendahnya pencapaian prestasi belajar.  Indikator ini yang paling banyak diteliti oleh guru dan mahasiswa. Motivasi sangat erat kaitannya dengan pencapaian hasil belajar siswa. Bila nilai prestasinya rendah, maka bisa jadi itu karena motivasi yang rendah.
Dari uraian diatas, motivasi belajar siswa dapat diamati dari beberapa indikator, yaitu ketekunan siswa belajar, rasa ingin tahu, sikap pantang menyerah, komitmen dalam mengerjakan tugas dari sekolah , frekuensi kehadiran di sekolah dan prestasi belajar siswa.
Motivasi yang tinggi dapat meningkatkan proses belajar siswa. Motivasi yang tinggi dapat diketahui dari sifat dan perilaku siswa antara lain :
1.    Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi. Misalnya tingkat kehadiran yang tinggi, belajar sendiri di rumah, berprestasi, mandiri dalam belajar, penyelesaian tugas yang diberikan guru,
2.    Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar. Misalnya semangat mengikuti pembelajaran, ketajaman perhatian dalam belajar, ada usaha untuk mengatasi kesulitan, tekun mengikuti pembelajaran
3.    Adanya usaha siswa untuk selalu memelihara dan menjaga agar motivasi yang dimiliki tetap tinggi. Misalnya ulet menghadapi kesulitan materi pelajaran, menggunakan kesempatan untuk belajar diluar jam pelajaran, berteman dengan siswa yang juga rajin belajar.
Menurut Ormrod,  efek motivasi terhadap perilaku siswa :
1.    Memberi arah perilaku untuk mencapai tujuan
2.    Memberi tambahan usaha dan energi untuk mengejar tujuan
3.    Menentukan tindakan yang akan dikerjakan dan tekun dalam tindakan itu meskipun siswa menghadapi gangguan, kesulitan dan hal-hal yang membuat frustasi.
4.    Memengaruhi proses kognitif siswa, sehingga siswa memberi perhatian dan seberapa banyak mereka berfikir dan menekuni tentang fikiran itu.
5.    Menentukan akibat perbuatannya, seperti pujian atau hukuman.[9]
Menurut Mustaqim dan Abdul Wahib, hal-hal yang dapat memengaruhi motivasi belajar adalah:
1.    Tugas perkembangan siswa yang cukup untuk belajar. Anak yang belum matang emosionalnya, akan mengalami frustasi, dan frustasi emosi dapat megurangi motivasi belajar.
2.    Materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, akan lebih mudah diserap siswa. Motivasi berkaitan dengan usaha siswa agar mudah mengerti materi pelajaran. Jika perlu banyak usaha dalam berfikir akan mengendorkan motivasinya.
3.    Memberitahu tujuan dan kemajuan dalam mempelajari sesuatu. Kemajuan belajar siswa yang diberitahukan kepadanya akan membuat dia puas.  Kepuasan ini membawa pada rasa bahagia dalam mempelajari sesuatu sehingga dia terus memiliki motivasi tinggi.
4.    Hadiah dan hukuman. Hadiah adalah daya pendorong motivasi dari luar yang positif. Hadiah dapat menimbulkan inisiatif, energi, kompetisi dan daya kreatifitas. Hukuman bersifat negatif. Hukuman didasarkan atas rasa takut. Takut adalah motif yang kuat. Ini  dapat menghilangkan kemauan siswa untuk belajar. Hukuman yang berat dapat menghilangkan semangat siswa karena dia merasa harga dirinya tercoreng. Maka hadiah lebih baik daripada hukuman.
5.    Partisipasi siswa dalam tiap proses pembelajaran akan memberinya sebuah status sosial. Partisipas ini dapat menimbulkan kreatifitas, inisiatif dan terbentuknya ide-ide baru. Hal ini termasuk dalam indikator motivasi.
6.    Perhatian terhadap gaya belajar tiap siswa. Guru hendaknya memfasilitasi seluruh gaya belajar sehingga materi dapat dipahami oleh siswanya .Motivasi dapat terbentuk dari pengalaman yang berkesan dalam kegiatan pembelajaran.[10]
Menurut Widiasworo, faktor eksteren dan interen yang dapat memengaruhi motivasi belajar siswa . [11]adalah :
1.    Sifat, kebiasaan dan kecerdasan siswa. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi biasanya memiliki motivasi yang tinggi pula.
2.    Kondisi fisik dan psikologis siswa. Kondisi fisik meliputi poostur tubuh, kondisi kesehatan dan penampilan. Kondisi fisik yang tidak memadai akan membuat siswamerasa minder dan akhinya kurang motivasi. Kondisi kesehatan yang buruk membuat siswa menjadi malas karena kurang memiliki energi untuk berfikir dan bergerak,sehingga motivasinya juga turun. Kondisi psikologis seperti rasa percaya diri, perasaan gembira dan tertekan juga memengaruhi minat siswa pada pelajaran. Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi biasanya memiliki motivasi yang tinggi pula.
3.    Faktor guru. Guru sebagai orang yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam membangkitkan motivasi siswa. Tugas guru salah satunya adalah sebagai motivator. Sikap dan perangai guru sangat memengaruhi minat siswa dalam mengikuti pelajarannya. Karakter guru yang diharapkan siswa sehingga dapat membangkitkan minat belajar antara lain sebagai berikut:
a.    Sabar, yaitu: guru tidak langsung emosi dalam menghadapi siswa yang tidak berminat belajar atau siswa yang nakal, ribut, dan melawan.
b.    Memiliki 3 S (senyum, sapa, santun), yaitu waktu memulai mengajar guru  menunjukkan keramahan, menyapa siswa, dan bersikap menghargai siswa
c.    Menghargai kekurangan siswa, yaitu guru tidak menganggap sepele atau mengatakan bodoh pada siswa yang tidak dapat mengikuti pelajarannya. Apabila ada siswa yang tidak sempurna fisiknya, maka hal itu bukan faktor penghalang untuk menjadi siswa yang  berprestasi.
d.   Adil, yaitu: guru tidak membeda-bedakan  siswa. Misalnya dalam hal kecerdasan, gaya belajar, jenis kelamin, faktor ekonomi, wali murid dan hobi siswa.
e.    Perhatian, yaitu: guru dengan senang hati dapat memberikan solusi jika siswa menghadapi kesulitan dalam pelajaran yang diberikan oleh guru.
f.     Disiplin, yaitu guru selalu tepat waktu dalam mengajar baik itu ketika memulai pelajaran maupun ketika mengakhiri pelajaran.
g.    Tidak menakut-nakuti atau mengancam siswa, yaitu jika siswa tidak mengerjakan tugas guru langsung mengancam atau memvonis siswa dengan mengatakan kamu akan tinggal kelas atau akan mendapatkan nilai buruk.
h.    Memiliki semangat, yaitu jika mengajar guru tidak menunjukkan kemalasannya dengan hanya duduk-duduk saja, namun aktif dalam pembelajaran dan mengerjakan tugas.[12]
4.    Lingkungan belajar. Tempat yang kondusif untuk belajar akan membangkitkan motivasi siswa. Lingkungan belajar yang bersih, indah, rapi, penataannya bagus, pencahayaan yang baik, suhu udara yang nyaman, akan meyebabkan siswa betah dalam belajar.
5.    Sarana prasarana. Siswa akan sangat termotivasi jika media pembelajaran yang disajikan guru sesuai dengan karakter materi pelajaran dan juga dengan gaya belajar siswa.
6.    Orang tua. Sikap orang tua yang selalu memperhatikan prestasi belajar akan membuat anaknya memiliki motivasi belajar. Waktu yang panjang di rumah akan memiliki banyak kesempatan bagi orang tua untuk mengarahkan anaknya, terutama dalam hal belajar. Peran dan kasih sayang orang tua sangat berperan dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam belajar di rumah, apalagi jika masih usia dini.

B. CARA MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR
Dari berbagai teori yang berkembang, Keller menyusun seperangkat prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam poses pembelajaran yang disebut model ARCS, yaitu Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction.[13]
1.    Attention ( perhatian ) adalah rasa yang muncul dari rasa ingin tahu.Maka rasa ingin tahu ini perlu dibangkitkan guru agar motivasi siswa dalam pembelajaran dapat terus dikembangkan. Guru dapat membuat motede pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan sehingga siswa tertarik dan memperhatikan materi pelajaran. Guru juga dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan , membuat contoh-contoh kasus yang nyata yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas konsep.
2.    Relevance ( relevansi ) yaitu adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Siswa akan termotivasi bila mengetahui manfaat materi pelajaran dalam kehidupannnya atau sesuai dengan nilai yang dipegang.
3.    Confidence ( percaya diri ). Agar siswa berkembang rasa percaya dirinya, guru perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa. Misalnya merancang pembelajaran sehingga materi mudah dipahami, mengelompokkan materi ke bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil, dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran.
4.    Satisfaction ( kepuasan diri ).  Keberhasilan mencapai tujuan yang ditetapkan akan menciptakan kepuasan dalam diri siswa sehingga motivasinya bertambah untuk belajar. Apalagi bila keberhasilan itu dirayakan dengan memberi hadiah atau pujian . Karena kepuasan mencapai tujuan berhubungan dengan konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam atau luar diri siswa.
Belajar memerlukan motivasi yang terus menerus dari siswa. Salah satu tugas guru yang sangat penting adalah motivator, atau membangkitkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa cara yang  dapat dilakukan guru untuk adalah memotivasi siswa, yaitu :
1.    Memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat suatu materi pelajaran diberikan. Tujuan pembelajaran yang berhubungan langsung dengan kehidupan keseharian siswa dapat membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran. Manfaat yang bisa diperoleh setelah mempelajarinya akan membuat motivasi siswa menjadi bangkit.
2.    Memberikan materi pelajaran yang sangat penting bagi siswa. Hal ini akan menarik perhatiannya dan memberi daya motivasi. Materi tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari ( kontekstual), sehingga siswa merasa butuh dengan ilmu yang dipelajari.
3.    Metode pembelajaran yang disajikan guru bervariasi, dan memberi siswa kesempatan untuk mencoba dan mempraktekkan sendiri. Metode yang tidak monoton akan membuat siswa yang memiliki gaya belajar berbeda akan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dengan melakukan sendiri (praktek) maka materi pelajaran akan lebih membangkitkan motivasi siswa daripada yang hanya melihat dan mendengar dari guru saja.
4.    Menetapkan tujuan akhir dan melakukan kegiatan sela. Tujuan akhir yang mungkin masih lama bisa diselingi dengan ulangan harian atau ulangan tengah semester. Hal ini sesuai dengan prinsip motivasi , yaitu makin dekat dengan tujuan maka makin besar pula motivasi.
5.    Memberi peluang yang besar kepada siswa untuk berhasil. Tugas yang diberikan hendaknya bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa. Siswa yang kemampuannya rendah diberi tugas yang lebih ringan daripada yang berkemampuan tinggi. Hal ini agar dia termotivasi dengan keberhasilan mengerjakan tugas dengan baik.
6.    Memberi bimbingan dalam belajar. Tugas guru sebagai konselor dalam pembelajaran adalah memberi pemecahan masalah siswa. Masalah itu bisa menjadi penghalang siswa untuk berprestasi. Siswa yang memiliki perkembangan yang lancar akan mudah dalam belajarnya.
7.    Memberi pujian, ganjaran dan hadiah. Siswa yang berhasil biasanya memiliki motivasi yang tinggi. Maka pujian akan membuat siswa lain ingin mengikuti jejaknya. Sebaliknya bila ada kesalahan jangan langsung dicaci dan dimarahi. Tapi mencari akar permasalahannya lalu diselesaikan.
8.    Penerimaan terhadap keadaan siswa apa adanya. Rasa harga diri dimiliki semua manusia, termasuk siswa. Menghargai pribadi siswa akan memberi peluang kepadanya untuk berfikir sendiri, mendasari semua bentuk membangkitkan motivasi diatas. Apabila siswa memiliki kesalahan atau kekurangan, hal itu tidak disampaikan secara langsung di hadapan seluruh temannya, tapi lebih bersifat dari hati ke hati.
9.    Mengelola berbagai kegiatan akademik, baik intrakurikuler atau ekstrakurikuler sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi belajar siswa. Penggabungan antara kegiatan di kelas dan luar kelas akan memberi pengalaman yang lebih mendalam bagi siswa, sehingga materi yang didapatkan tidak akan mudah lupa.

PENUTUP
Segala sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki tujuan dan latar belakang yang membuat kita melakukan  hal tersebut. Begitu juga denga proses belajar. Belajar adalah kegiatan penting yang harus dilakukan siswa apabila ingin sukses di masa mendatang. Lalu untuk apa belajar, mengapa perlu belajar? Anggapan penting tidaknya belajar bisa dilihat dari suka atau tidaknya siswa mengikuti pembelajaran di kelas. Walaupun suka atau tidaknya siswa mengikuti pembelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor rasa suka atau tidak suka belajar bagi mereka,namun hal tersebut sangat berpengaruh pada aktivitas belajar. Latar belakang, tujuan, dan keinginan yang dimiliki siswa dan mampu mendorongnya untuk selalu mengikuti pembelajaran inilah yang disebu dengan motivasi belajar.   
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam diri siswa. Proses pembelajaran dan hasilnya, akan sangat tergantung pada motivasi belajar siswa. Motivasi yang tinggi akan berdampak pada kualitas belajar siswa, sebaliknya jika kualitas belajar rendah bisa jadi faktor motivasi yang rendah merupakan salah satu faktor penyebabnya.
            Banyak hal yang memengaruhi motivasi belajar siswa, mulai dari faktor psikologis siswa, reward and punishmnet,  materi pembelajaran, gaya belajar, sampai faktor kepribadian guru di hadapan para siswanya. Kesemuanya saling terkait satu sama lain dalam membentuk sikap siswa terhadap mata pelajaran, yang pada akhirnya akan menentukan derajat motivasinya.
            Faktor intrinsik maupun ekstrinsik memiliki pengaruh pada motivasi belajar siswa . Keduanya perlu dikembangkan dengan memperhatikan tingkat usia siswa. Makin dini usinya, makin banyak dorongan dari luar agar memiliki motivasi belajar. Guru perlu mengetahui faktor-faktor yang membuat siswa tidak memiliki semangat dalam pembelajaran, sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan saat menemukan siswa dengan motivasi yang rendah.
Faktor guru dalam menyampaikan pembelajaran sangat menentukan minat siswa. Proses pembelajaran dan hasilnya sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru. Guru yang kompeten akan memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi belajar yang efektif dan akan mampu mengatur kelas sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang optimal. Guru memiliki peran sebagai motivator berfungsi untuk mendorong siswa agar selalu memiliki motivasi yang tinggi dan selalu aktif dalam belajar.
           

DAFTAR PUSTAKA
Erwin Widiasworo. 2016. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Jeanne Ellis Ormrod. 2011. Educational Psychologi Developing Learner . Boston : Pearson Education, Inc
Keke T. Aritonang.2008.  Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008
Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mustaqim dan Abdul Wahid. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nana Saodih Sukmadinata. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Slameto.  2003.  Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta : Rineka Cipta,
Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Sumadi Suryabrata  .  2001.  Psikologi Pendidikan.  Jakarta :  PT Raja Grafindo Persada, 
WS Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. . Yogyakarta : Media Abadi



[1] Sukmadinata, Nana Saodih. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal.61
[2] Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. hal. 20
[3] Widiasworo, Erwin. 2016. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. hal. 16
[4] Sukmadinata, Nana Saodih. Lok.Cit
[5] Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 3
[6]Suryabrata,  Sumadi.  2001.  Psikologi Pendidikan.  Jakarta :  PT Raja Grafindo Persada,  hal.244.
[7]  Winkel, WS. 2005. Psikologi Pengajaran. . Yogyakarta : Media Abadi, hal : 59.
[8] Slameto.  2003.  Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta : Rineka Cipta,  hal. 2.
[9] Ormrod, Jeanne Ellis. 2011. Educational Psychologi Developing Learner . Boston : Pearson Education, Inc. Hal. 362
[10] Mustaqim dan Abdul Wahid. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 75-77.
[11] Erwin Widiasworo. 2016. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Yogyakarta :Ar-Ruzz Media. hal. 30-37
[12] Keke T. Aritonang.2008  Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008. hal. 19
[13] Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. hal. 79

Comments

Popular posts from this blog

EVALUASI dan PENILAIAN dalam KURIKULUM 2013

PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Aliran filsafat pendidikan modern