Islam sebagai sasaran penelitian
ISLAM SEBAGAI
SASARAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
Peristiwa penabrakan gedung World Trade Center
(WTC) oleh pesawat tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat, menjadi titik
pijak yang sangat menentukan bagi sejarah Islam modern. Agama Islam dan umat
muslim di seluruh dunia menjadi tertuduh. Pandangan barat terhadap Islam langsung berubah sejak saat itu. Islam
dipandang sebagai agama teroris. Islam dianggap sebagai agama yang mengajarkan
kekerasan, tidak toleran, penuh kebencian, tersebar dengan perang dan pedang,
sehingga menjadikan Islam sebagai ancaman bagi peradaban barat. Namun setelah
kejadian tersebut, Islam menjadi agama yang membuat banyak orang penasaran.
Bagaimana ajaran Islam yang sebenarnya, bagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW,
serta bagaimana Islam tersebar ke seluruh dunia, menjadi kajian yang menarik.
Al-Qur’an menjadi rujukan utama dalam mempelajari agama Islam dan sempat
menjadi best seller book di beberapa negara barat.
Sejak dahulu Islam memang menjadi obyek
ilmu pengetahuan. Kajian tentang Islam bukan hanya dilakukan kalangan muslim
sendiri (insider), namun juga dari penganut agama lain (outsider). Semangat
mempelajari Islam di Barat sangat tinggi sehingga orang-orang Islam pun untuk
melakukan kajian Islam, harus pergi ke Barat. Kajian tentang Islam dikenal
dengan Islamic studies, yang berarti usaha yang dilakukan untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Islam.[1]
Kajian Islam bikan hanya semata-mata
membahas tentang agama Islam saja, namun juga berhubungan dengan ilmu yang
lain. Nash-nash agama yang melahirkan fatwa keagamaan ternyata tidak bisa lepas
dari kepentingan politik, ekonomi, dan budaya suatu masyarakat.[2] Studi ilmu sosial keagamaan juga mengaitkan dengan sejarah dan psikologi
keagamaan. Hal ini karena masyarakat yang makin multikultural dan multirelijius
memerlukan pola pemikiran yang sejalan dengan kehidupan masa kini.
Dari para pemikir tentang Islam, dapat
diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik dalam berbagai bidang. Islam
memiliki memengaruhi aspek agama, budaya, sosial, politik sampai ilmu
pengetahuan di dunia. Konsepsi Islam ini menjadikan agama ini menjadi sasaran
penelitian yang menarik. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah makalah ini
adalah :
1. Aspek apa dalam Islam yang dapat digunakan sebagai sasaran penelitian ?
2.Bagaimana obyek dan pembidangan kajian Islam?
3. Bagaimana obyektifitas Ilmuwan dalam kajian Islam?
A. Dimensi Islam sebagai sasaran
penelitian
Menurut Syafiq Mughni, Islam seperti
agama-agama yang lain memiliki dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
dimensi esoterik dan eksoterik. Pada dimensi esoteriknya agama melampaui ruang
dan waktu, bersifat transenden dan mutlak. Dalam dimensi ini agama tidak
memberi peluang untuk dijadikan sasaran penelitian.[3]
Sementara dalam dimensi eksoteriknya, agama berwujud dalam bentuk yang
terstruktur, ada dalam ruang dan waktu, rasionalitas, terbatas dan relatif.
Relativisme bentuk agama (eksoterisme) ini membuka peluang untuk dilakukan
pengkajian secara kritis, mendalam, dan rasional, sehingga nilai-nilai
kebenaran yang terkandung di dalamnya dapat tersingkap dari tabir keterbatasan
dan relativitasnya, serta dapat berfungsi sebagai sumber kemaslahatan dalam
kehidupan manusia di alam raya ini.
Menurut Abuddin Nata, Islam sebagai
agama memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran,
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan
rumah tangga.[4] Kenyataan tersebut menjadikan Islam
merupakan agama yang lengkap ajarannya. Islam mengatur sisi ibadah kepada
Tuhan, cara berhubungan dengan manusia lain dan cara manusia mengatur alam
lingkungannya.
Untuk memahami berbagai dimensi dalam
Islam tersebut, jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai
disiplin ilmu. Di dalam Al- Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam,
terdapat banyak ayat mengenai ilmu pengetahuan alam. Misalnya proses terjadinya
hujan, dan proses penciptaan manusia.
Khoirudin Nasution menyebut pembagian
Islam berdasarkan yang diteliti dengan Islam normatif (sebagai wahyu) dan Islam Historis (sebagai
produk sejarah).[5]. Islam sebagai wahyu adalah kalam
Ilahi yang diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman hidup bagi manusia agar tercipta kebahagiaan dalam hidup di dunia
akhirat.Sedangkan Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang difahami dan
dipraktekkan kaum muslimin di seluruh dunia, sejak masa Nabi Muhammad SAW
sampai sekarang.
Di kalangan para ahli masih terdapat
perbedaan pendapat mengenai apakah studi Islam ( agama) dapat dimasukkan
sebagai ke dalam bidang ilmu pengetahuan atau tidak , memgingat sifat dan
karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Studi Islam saat ini
telah mendapat perhatian dari para ilmuwan, baik ilmuwan di barat maupun di
timur sendiri. Dengan semakin banyaknya ilmuwan yang tertarik untuk mempelajari
Islam ini maka tidak salah jika studi Islam layak diangkat derajatnya menjadi
salah satu ilmu tersendiri. Salah satu hal yang cukup penting untuk dipikirkan
adalah metodologinya. Dalam hal terkait metodologi ini telah diakui bahwa
metodologi yang digunakan di barat lebih mapan dibandingkan dengan yang
digunakan di dunia timur. Hal itu pulalah yang merupakan salah satu daya dorong
bagi para ilmuwan di timur untuk belajar Islam di dunia barat meskipun Islam
diwahyukan kepada Muhammad dan tersebar terutama di dunia timur.
Mempelajari Islam sebenarnya dapat
didekati dengan berbagai macam pendekatan, baik pendekatan sosial, hukum,
sejarah, bahasa, psikologi, maupun pendekatan-pendekatan lainnya. Ilmuwan Richard
C Martin lebih menekankan pada pendekatan sejarah. Memang mempelajari Islam
tidak mungkin bisa melepaskan diri dari mempelajari sejarahnya, sehingga ada
istilah Islam teori yaitu Islam sebagaimana disampaikan oleh Allah kepad
RasulNya, dan Islam sejarah yaitu sejarah umat beragama dari satu masa tertentu
ke masa lainnya.[6]
Menurut Martin, Islam sebagai sebuah studi dibagi menjadi tiga hal, yaitu:
1. Studi Teks yang mencakup studi Al-Qur’an, Studi Al-Sunnah, dan atas
produk studi ( prior research) tentang studi Al-Qur’an dan Al- Sunnah
2. Studi praktek keislaman yang mencakup ritual resmi (authorized
rituals) dan ritual populer ( popular ritual)
3. Realitas sosial, budaya, ekonomi dan politik muslim
Manusia sebagai makhluk Tuhan ( Allah)
pasti membutuhkan agama ( Islam ) untuk menjadi pedomandalam kehidupan
sehari-hari. Namun demikian tidaklah mudah bagi seseorang untuk memberi
definisi dengan tepat mengenai sebuah agama. Halini terungkap dari pernyataan
Mukti Ali bahwa “ tidak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan
definisi selain dari kata agama.”
Setidaknya ada tiga alasan mengapa agama
sulit didefinisikan. Pertama; agama berurusan dengan pengalaman batin
yang subyektif dan personal. Kedua; tidak ada seseorang begitu
bersemangat dan emosional dibanding ketika berbicara agama. Ketiga;
konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan orang yang meneliti agama.
Charles J. Adams mengemukakan, ada dua
aspek yang harus dipenuhi dalam mengkaji dan meneliti permasalah agama termasuk
Islam. Pertama: Faith ( keyakinan ); Yaitu aspek internal, tak
terkatakan, orientasi transaenden, dan dimensi kehidupan beragama. Kedua:
Tradition ( tradisi); yaitu aspek eksternal agama, aspek sosial, aspek
historis agama yang dapat diobservasi dalam masyarakat. Kedua aspek tesebut
oleh Charles J. Adams dikategorikan sebagai inward experience dan outward
experience. Maka dari itu para pengkaji agama harus memiliki kemampuan yang
memadai untuk mengungkap kedua aspek tersebut, baik yang tersembunyi maupun
yang tampak sebagai manifestasi dari studi agama yang dilakukannya.[7]
Studi agama ini harus berupaya untuk
memiliki kemampuan terbaik untuk melakukan eksplorasi, baik aspek tersembunyi
maupun aspek yang nyata dari fenomena kebeagamaan. Oleh karena itu kedua aspek
ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga sesuai dengan tujuan studi agama
yang berorientasi untuk memahami dan mengerti pengalaman pribadi dan perilaku
nyata seseorang.
Menurut Atho Mudzar, ada lima bentuk
gejala agama yang perlu diperhatikan apabila hendak mempelajari suatu agama,
yaitu : [8]
1. Scripture, yaitu
naskah-naskah dan sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Seperti Kitab
Al-Qur’an tulisan tangan kuno, Kitab-kitab Hadis, Kitab perjanjian lama
2. Sikap, perilaku,
dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritual-ritual,
lembaga-lembaga dan ibadah-ibadah, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan
warisan. Ritual dapat dibedakan menjadi :
a. Ritual sebagai
teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan pertanian, perburuan,
kelautan dan persembahan pada dewa.
b. Ritual sebagai
terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah bala’ ( hal-hal
yang tidak diinginkan )
c. Ritual sebagai ideologis
mistis, dan ritual yang dimaksudkan untuk mengendalikan perasaan dan
suasana hati, nilai, sentimen, dan perilaku untuk kelompok yang baik. Seperti
upacara inisiasi ( berhubungan dengan kelahiran, perkawinan dan kematian) yang
merupakan konfirmasi kelompok terhadap status, hak dan tanggung jawab baru.
d. Ritual sebagai
penyelamatan (salvation), misalya seseorang yang mempunyai pengalaman mistis,
seolah-olah menjadi orang baru yang terlahir kembali:dia berhubungan dengan
dunia ghaib yang mempengaruhinya.
e. Ritual sebagai
revitalisasi ( penguatan atau penghidupan kembali). Ritual ini sejenis dengan
ritual penyelamatan, hanya saja bersifat massal.
4. Alat-alat, seperti
masjid, peci, tasbih, sorban, sajadah, mukena, air suci dan lain-lain.
5.
Organisasi-oganisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul, seperti
NU, Muhammadiyah dan Persis.
Peneliti agama dapat mengambil sasaran
salah satu atau beberapa dari lima bentuk gejala ini. Orang bisa mengambil
tokohnya seperti Abdurrahman Wahid, Buya Hamka, atau Syaikhona Kholil.Studi
semacam ini biasanya membahas tentang kehidupan dan pemikiran tokoh tersebut,
termasuk bagaimana tokoh itu mencoba memahami dan mengartikulasi agama yang
diyakininya.
Dalam penelitian mengenai naskah atau
sumber-sumber ajaran agama, yang pertama diteliti adalah persoalan filologi,
dan yang kedua adalah isi naskah yang ada. Misalnya membahas Al-Qur’an dan
isinya, kritik atas terjemah orang lain, kitab tafsir atau penafsiran
seseorang, kitab hadis, naskah-naskah sejarah agama dan lain-lain. Dapat pula
meneliti ajaran atau pemikiran-pemikiran yang berkembang sepanjang sejarah agama
(Islam).
Apabila meneliti peralatan agama, maka
tegantung alat apa yang diteliti. Jika yang hendak diteliti misalnya adalah
Ka’bah, alat ritus dalam Islam, maka peneliti dapat meneliti sejarah ka’bah,
kapan didirikan, siapa yang membangun, bagaimana bentuknya, berapa tinggi,
lebar atau panjangnya, dan lain-lain. Alat agama ada yang betul-betul alat
agama, ada yang sebenarnya hanya dianggap sebagai alat agama. Misalnya peci,
ada orang yang mengangggap tidak sah shalat jika tidak memakai peci. Namun di tingkat
nasional, peci selalu dipakai saat acara sumpah pejabat, baik itu muslim atau
non muslim. Jadi peci bisa termasuk alat agama dan juga untuk nasionalisme.
Ada dua istilah penelitian yang berbeda
dalam kajian Islam, yaitu penelitian agama dan penelitian keagamaan.[9] Penelitian agama sasarannya adalah
agama sebagai doktrin atau substansi agama Islam,seperti Ilmu Kalam, Fiqih,
Tasawuf, dan Akhlak. Metodologi penelitian agama sudah dirintis oleh ulama
terdahulu, seperti ilmu Ushul Fiqih sebagai metode untuk mengambil hukum dalam
agama Islam, serta ilmu musthalah hadis sebagai metode untuk meneliti tingkat
akurasi hadis.
Penelitian agama sasarannya adalah agama
sebagai gejala sosial atau produk interaksi sosial. Metodologi yang dipakai
adalah metodologi penelitian sosial yang telah ada. Praktik-praktik ajaran
agama yang dilakukan manusia secara individu atau kelompok masuk dalam jenis
penelitian ini.Penelitian keagamaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perilaku individu
dan hubungannya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas agama yang dianutnya.
2. Perilaku masyarakat
atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya, atau yang lain yang
mengaku dirinya sebagai penganut suatu agama.
3. Ajaran agama yang
membentuk pranata sosial, corak, perilaku dan budaya masyarakat beragama.
1. Pernyataan tentang
supernatural, seperti sembahyang dan pengusiran roh jahat (exorcism)
2. Musik, tarian dan
lagu, seperti tarian sufi, khasidah, dan mantra.
3. Latihan psikologis,
seperti riyadhah, semedi, bertapa, dan yoga
4. Berbaiat kepada
orang lain sebagai wakil Tuhan ( Exhortation )
5. Membaca kitab suci,
seperti Qira’ah dan Tilawah.
6. Simulasi, seperti
dramatikal penyaliban Yesus.
7. Menyentuh jimat
atau benda yang memiliki daya sakral ( Mana )
8. Menghindarkan diri
dari segala sesuatu untuk menjaga terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diinginkan atau peristiwa yang tidak dikehendaki ( Taboo )
9. Mengadakan pesta
dengan menghidangkan makanan-makanan dan aneka sesajen yang mengandung nilai
sakral.
10. Pengorbanan,
seperti berkurban, persembahan, larungan, dan sumbangan dalam bentuk uang, hasil
pertanian, atau hasil laut.
11. Kegiatan jama’ah,
seperti prosesi, rapat, pengajian, majlis taklim, jamaah dzikir.
12. Inspirasi, seperti
wahyu, wangsit, ilham dan ektase mistik ( ittihad/menyatunya Tuhan dengan
manusia )
13. Simbolisme, yaitu
penggunaan obyek-obyek simbolik, seperti salib dan patung dewa.
14. Memperluas dan
memodifikasi kode hukum agama dalam kaitannya dengan kategori kelima.
15. Penerapan
nilai-nilai keagamaan dalam konteks nonreligius, seperti pembacaan kitab
suci dalam acara rapat desa.
B. Obyek dan Pembidangan Kajian Islam
Dari paparan diatas yang menjadi obyek
kajian dalam penelitian Islam meliputi seluruh yang dibicarakan dalam agama
Islam dan keagamaannya, mulai dari tingkat wahyu berupa nash , hasil pemikiran
para ulama, sampai pada tingkat pengamalan pengikut agama Islam.
Sejumlah ulama tradisional
mengelompokkan ajaran Islam dalam tiga aspek, yaitu:
1. akidah
2. syari’ah
3. akhlak-tasawuf.
Ulama lain mengelompokkan menjadi
1. ilmu kalam
2. ilmu fiqih
3. ilmu akhlak.
Ulama kontemporer mengelopokkan
berdasarkan kronologi kelahirannya, yaitu:
1. ketatanegaraan dan hukum
2. teologi
3. tasawuf
4. filsafat
Charles Adam
mengelompokkan studi Islam menjadi sebelas bidang, yaitu :
1. Nama/istilah dan pengertian Islam
2. Latar belakang kehidupan masyarakat Arab sebelumIslam
3. Kehidupan Nabi Muhammad SAW
4. Al-Qur’an
5. Hadis Nabi
6. Kalam
7. Filsafat
8. Institusi Islam,meliputi Syar’ah dan politik/konsep negara
9. Syi’ah
10. Sufi
11. Periode modern
Fazlur Rahman membagi
studi Islam menjadi:
1. Kehidupan Nabi
Muhammad SAW, baik hubungannya dengan wahyu yang diterimanya maupun tantangan
dan strategi melawan kaum Kafir Quraisy, Yahudi dan Kristen
2. Al-Qur’an
3. Sunnah Nabi
Muhammad SAW
4. Struktur hukum
Islam
5. dialog antar
reologi dan perkembangan dogma
6. syari’ah
7. perkembangan
filsafat
8. praktik dan ajaran
sufi
9. organisasi sufi
10. perkembangan
aliran-aliran (sectarian)
11. pendidikan
12. gerakan pembaruan
pra-modern
13. Gerakan pembaruan
modern
14. warisan dan
prospek ke depan (legacy and prospect)
Bahasan
yang termasuk kelompok sumber agama Islam adalah :
1. Ilmu-ilmu Al-Qur’an,
yang meliputi tarikh Al-Qur’an, asbab al-nuzul, balaghah Al-Qur’an, Qira’at
Al-Qur’an, Falsafat Al-Qur’an, dan uslub Al-Qur’an.
2. Ilmu Tafsir, yang
meliputi pengantar ilmu tafsir, tafsir Al-Qur’an, tafsir al-ahkam, tafsir wa
al-mufassirun, mazahib al-tafsir, bahasan kitab-kitab tafsir.
3. Imu Hadis, yang
meliputi pengantar ilmu hadis, sharah hadis, hadis ahkam, ma’ani al- hadis,
rijal al- hadis, tarikh al- hadis wa muhaddisun, falsafah al- hadis, tajrih wa
al-ta’dil, bahasan kitab-kitab hadis.
4. Perkembangan modern
/ pembaruan dalam studi tafsir dan Perkembangan modern / pembaruan dalam studi hadis.
Sedangkan bahasan yang termasuk
kelompok Pemikiran Dasar Islam adalah :
1. Ilmu Tauhid/ ilmu
Kalam, yang meliputi Sejarah Ilmu Kalam, Aliran-aliran Ilmu Kalam, Teologi Aliran
Modern.
2. Filsafat, yang
meliputi Filsafat Islam Klasik, Filsafat Metafisika, Filsafat Estetka, Filsafat
Etika, Mantiq/Logika, Filsafat Ilmu, Filsafat Ontologi, Filsafat Epistemologi,
dan Filsafat Aksiologi.
3. Tasawuf, yang meliputi
Ilmu Tasawuf, Sejarah Tasawuf, Tasawuf Akhlaki, Tasawuf Salafi, Tasawuf
Sunni, Tasawuf Falsafi, dan Tasawuf
Perbandingan.
4. Perbandingan Agama,
yang meliputi Metode dan Sistem Perbandingan Agama, Sejarah Agama, Sosiologi
Agama, Antropologi Agama, Filsafat Agama.
5. Perkembangan Modern
/ Pembaruan, yang meliputi Perkembangan Modern / Pembaruan dalam bidang
politik, hukum, ekonomi, dan budaya.
Bahasan yang masuk kelompok Hukum
Islam dan Pranata Sosial adalah:
1. Ushul Fiqih, yang meliputi Ushul Fiqih Mazhab-Mazhab, Perbandingan
Mazhab-Mazhab Ushul Fiqih, Qawaid Fiqhiyah, Filsafat Hukum Islam, Perkembangan
Modern / Pembaruan dalam bidang Ushul Fiqih.
2. Fiqih Islam, yang meliputi Ilmu Fiqih ,Tarikh Tasyri’, Mazhab-Mazhab
Fiqih, Perbandingan Mazhab-Mazhab Fiqih,
Masail Fiqhiyah, Al-Murafa’a/Acara Peradilan Agama, dan Perkembangan Modern/
Pembaruan dalam bidang Fiqih.
3. Pranata Sosial, yang meliputi Fiqih Ibadah, Fiqih Muakahat/Ahwal
Al-Syakhsiyah, Fiqih Muamalat, Fiqih Jinayat,
Fiqih Ekonomi, Fiqih Siyasah seperti Hak Sipil/Perdata, Kepolisian dan
Kemiliteran, Lembaga-Lembaga Islam, Sejarah Peradilan Agama, Peradilan Islam.
4. Ilmu Falak dan Hisab, yang meliputi Astronomi Praktis, Tata Koordinat,
Perhitungan awal waktu Shalat dan Arah Kiblat, Perbandingan Tarikh, Perhitungan
Awal Bulan Qomariyah dan Perhitungan Gerhana Bulan dan Matahari.
Bahasan
yang termasuk kelompok sejarah dan peradaban Islam, meliputi
1. Sejarah Islam, meliputi Sejarah Islam Klasik, Sejarah Islam Pertengahan,
Sejarah Islam Kodern, Sejarah Islam di Eropa, Sejarah Islam di Amerika, Sejarah
Islam di Timur Tengah, Sejarah Islam di Asia, Sejarah Islamdi Indonesia/Asia
Tenggara, Filsafat Sejarah dan Historiografi Islam.
2. Peradaban Islam, yang meliputi Arkeologi Islam, Arsitektur Islam,
Kaligrafi, Sejarah Peradaban Islam, Sains Islam, Studi Kedaerahan Islam, dan
Al-Funun Al-Arabiyah wa Al-Islamiyah.
Bahasan
Bahasa dan Sastra Islam adalah:
1. Bahasa Arab, yang meliputi
Qawa;id ( Nahwu Saraf ), Balaghah, Ilmu Al-Lughah/Fiqih Al-Lughah, Maharat
Al-Lughawiyah, Perkembangan Modern Sastra Arab.
2. Sastra Arab, yang meliputi Kesusastraan Arab, Tarikh Al-Adab,
Perbandingan Sastra, Naqd Al-Adab, Al-Mazahib Al-Adabiyah, dan Perkembangan
Modern Sastra Arab.
Bahasan Pendidikan Islam
adalah:
1. Pendidikan dan Pengajaran
Islam, yang meliputi Asas-asas
Pendidikan Islam, Metodologi Pengajaran Islam, Perbandingan Pendidikan
Islam, Asas-asas Kurikulum Pendidikan
Islam, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Islam, dan Perkembangan Modern/
Pembaruan dalam Pendidikan Islam.
2. Ilmu Jiwa (Nafsi) Al-Islam, yang meliputi Ilmu Jiwa Pendidikan, Ilmu
Jiwa Perkembangan, Kesehatan Mental, dan Ilmu Jiwa Sosial.
Cakupan bahasan Dakwah
Islam adalah:
1. Dakwah Islam, yang meliputi Ilmu Dakwah, Penyiaran dan Penerbitan Islam,
Sejarah Dakwah, Bimbingan sosial Keagamaan, Filsafat Dakwah, Psikologi Dakwah,
Bimbingan dan Penyuluhan, dan Perkembangan Modern/ Pembaruan dalam Dakwah
Islam.
C. Obyektifitas Ilmuwan dalam Studi Islam
Agama sebagai obyek studi harus diletakkan
pada sesuatu yang terhormat, karena memiliki dimensi sakral dan transedental. Di sisi lain dapat dijadikan
subyek ilmu pengetahuan yang tidak lepas dari kesalahan. Maka ada problematika
dalam kajian tidak kebal dari kritik. Pada satu sisi agama harus dijaga nilai
transendensinya, di sisi lain harus dapat dipahami dalam orientasi kademik yang
berpijak pada metode-metode ilmiah. Ilmuwan agama harus dapat membedakan antara
subyektifitas keagamaan seseorang dengan ketidakberpihakannya atau
keseimbangannya sebagai ilmuwan agama.
Maka yang menjadi persoalan adalah
apakah para pengkaji Islam dari outsider benar-benar obyektif, dapat
dipertanggungjawabkan, dan memiliki validitas ilmiah dilihat dari kaca mata
insider? Jika mereka mengkaji Islam atas dorongan kepentingan tertentu guna
melestarikan hegemoni politik dan ekonomi atas daerah lain, hasil kajiannya
layak ditolak . Itu sebabnya Muhammad Abdul Rauf menegaskan , bahwa studi Islam
dalam optik outsider sering bias,dan dipenuhi oleh berbagai motif dan kepentingan.
[11]
Dalam konteks Islam, kajian outsider berkaitan erat dengan pengalaman
barat dan sarjana muslim sendiri dalam menafsirkan dan memahami Islam. Insider
adalah para pengkaji Islam dari kalangan muslim. Sementara outsider adalah
sebutan untuk para pengkaji non-muslim yang mempelajari Islam dan
menafsirkannya dalam berbagai analisis dan pembacaan dengan metodologi
tertentu. Bahkan Rauf menyatakan bahwa terma outsider bukan hanya sebatas orang luar, namun termasuk insider
yang melakukan kontrol sosial atau otokritik terhadap agamanya (ijtihadi
naqdi). Dalam membaca karya para outsider tentang Islam harus dilakukan dengan
kritis dan hati-hati. Apalagi bila yang dikaji adalah teks-teks suci yang untuk
dapat memahaminya diperlukan keyakinan, karena hal ini tidak dimiliki oleh
outsider.
Kajian Islam dari para outsider memberi
konstribusi gagasan-gagasan besar ilmiah yang memicu pergerakan intelektual
dalam peradaban Islam. Lahirnya daya kritis Islam terkadang lahir dari berkat
kajian-kajian para outsider. Dengan berfikir kritis, intelektual muslim
mengetahui permasalahan yang dihadapi, sembari mengusulkan berbagai
pemecahan yang harus segera dilakukan.
Kajian Islam kontemporer memperhatikan keadaan zaman sekarang/ kontekstual,
artinya mempertimbangkan realitas yang terjadi di masyarakat. Sehingga berfikir
kritis merupakan sebuah keniscayaan. Pemikiran ulama terdahulu dijadikan
khazanah keilmuan sebagai pembanding keilmuan sekarang. Pendapat mereka perlu
disesuaikan dengan realitas pada zaman sekarang.
PENUTUP
Islam merupakan sebuah
agama yang memberikan ruang bagi pemeluknya khusunya dan manusia pada umumnya untuk
selalu berfikir. Wahyu yang pertama turun Surat Al-Alaq 1-5 memberi perintah
kepada manusia untuk memperhatikan ayat-ayat qouliyah dan kauniyah. Ayat
qouliyah merupakan teks atau nash agama yang tidak dapat diganggu gugat
keotentikannya. Sedangkan ayat kauniyah merupakan semua gejala yang terjadi di
muka bumi ini yang merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia.
Islam sebagai agama dan
keagamaan merupakan sebagai sebuah bidang kajian yang tidak pernah kering untuk
diteliti. Mulai dari agama sebagai doktrin, hingga sebagai gejala sosial dan
budaya. Saat umat Islam menghadapi tantangan dari kehidupan dunia dan budaya
modern, studi Islam menjadi sangat penting. Sudi Islam memerlukan
pendekatan-pendekatan yang obyektif dan rasional agar mampu berkembang dan
beradaptasi dengan keadaan sekarang.
Tujuan dan motivasi studi
Islam di kalangan umat Islam berbeda dengan orang di luar Islam. Di kalangan
kaum muslimin, studi keislaman bertujuan untuk mendalami dan memahami
ajaran-ajaran Islam agar dapat dilaksanakan dengan benar. Sedangkan orang
diluar kalangan umat Islam, studi keislaman hanya sebagai ilmu pengetahuan
belaka.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi
Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Amin Abdullah. 2013. Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan
Integratif-Interkonektif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Atang Abd. Hakim & Jaih Mubarok.
2000. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
M. Arfan Muammar,dkk.2013. Studi Islam Perspektif Insider/Outsider.Yogyakarta:
IRCisod.
M. Atho Mudzar.1998. Pendekatan Studi
Islam dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosihan Anwar. 2009. Pengantar Studi
Islam. Jakarta: PT. Pustaka Setia
Khoiruddin Nasution. 2010. Pengantar
Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA.
[1]
Rosihan Anwar. 2009. Pengantar Studi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Setia
.hlm. 25
[2]
Amin Abdullah. 2013. Islamic Studies
di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. hlm. x
[3] M. Arfan Muammar,dkk.2013. Studi Islam
Perspektif Insider/Outsider.Yogyakarta: IRCisod. hal. 5
[4] Abuddin Nata. 2003. Metodologi Studi Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. hal. 5
[5]
Khoiruddin Nasution. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA +
TAZZAFA. hal.14
[6]
. M. Arfan Muammar,dkk.
ibid. hal. 75.
[7] Ibid. Hal. 83
[8]
M. Atho Mudzar.1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal 13.
[9] Atang Abd.
Hakim & Jaih Mubarok. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. hlm. 60
[10] Ibid. hlm.62
[11] M. Arfan Muammar,dkk.2013. Studi Islam
Perspektif Insider/Outsider.Yogyakarta: IRCisod. Hal. 130
Comments
Post a Comment