PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
PERMASALAHAN DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masakah
Proses
belajar mengajar merupakan kegiatan untuk perubahan tingkah laku dalam diri
siswa didalam mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Menurut Abu Ahmad dan
Widodo Supriyono, siswa yang telah belajar Pendidikan Agama Islam memiliki
ciri-ciri yaitu perubahan tingkah laku.
Perubahan
yang terjadi secara sadar, seorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi suatu perubahan
dalam dirinya. Misalnya pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku
yang terjadi karena mabuk atau tidak sadar, tidak termasuk dalam perubahan
dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari
perubahan itu.
Perubahan
yang mencakup seluruh aspek tingkah laku, oerubahan yang terjadi melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Perubahan yang terjadi
meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan,
pengetahuan dan sebagainya.[1]
Pendidikan
adalah salah satu bentuk interaksi manusia dan sebagai tindakan sosial. Hal
tersebut disebabkan karena adanya aspek-aspek sosial yang digambarkan karena
individu-individu satu sama lain saling ketergantungan dalam proses belajar.
Sekolah yang merupakan institusi formal untuk belajar, mengharuskan sejumlah
persyaratan pendidikan. Akibatnya belajar di sekolah sangat berlainan dengan
yang berlaku di dalam keluarga. Jadi pendidikan dalam pengertiannya mempunyai
makna yang sangat luas dan dapat dianggap sebagai proses sosialisasi seseorang
yang mempelajari cara hidupnya.[2]
Adapun
usaha Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah agar mampu membentuk kesalehan
pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga dapat membentuk ukhwah yang
baik dalam lembaga pendidikan maupun lingkungan masyarakat. Kualitas kesalahan
diharapkan mapu mebentuk hubungan keseharian dengan manusai lain, baik sesama
muslim maupun non muslim, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud
persatuan dan kesatuan umat manusia.[3]
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Apa
tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)?
2.
Apa
faktor-faktor permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
3.
Bagaimana
cara mengatasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
C. Tujuan
Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI)
3.
Untuk
mengetahui cara mengatasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
dan Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama Islam
di sekolah atau madrasah juga bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalam
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan agama
Islam juga mempunyai tujuan pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu
kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.[4]
Ahmad Marimba dalam
bukunya “Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam” menyebutkan bahwa setiap usaha mengalami akhir. Ada usaha yang
terhenti karena gagal sebelum mecapai tujuan, tetapi usaha tersebut belum dapat
disebuut berakhir. Karena pada umumnya suatu usaha baru berakhir setelah tujuan
akhir tercapai. Dengan demikian fungsi
tujuan yang pertama mengakhiri usaha. Fungsi
kedua, dari tujuan adalah mengarahkan usaha. Tanpa adanya antisipasi atau
pandangan kea rah tujuan, maka penyelewengan akan banyak terjadi, dan
kegagalan-kegagalan akan selalu diambang pintu. Fungsi ketiga, dari tujuan sebagai titik tolak untuk mencapai
tujuan-tujuan lain. Baik tujuan baru maupun tujuan lanjutan dari tujuan
pertama. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa dari satu segi tujuan bisa
membatasi ruang gerak usaha, sementara dari segi lain tujuan dapat mempengaruhi
dinamika usaha. Fungsi keempat,
memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha tersebut. Ada usaha-usaha yang bertujuan
lebih luhur dari pada usaha-usaha lainnya. Ada usaha yang bertujuan lebih besar
dari yang lain, di samping ada juga usaha yang bertujuan lebih dari itu.
Maka jika kita
perhatikan tujuan dari pendidikan agama Islam adalah sejalan dengan tujuan
hidup manusia itu sendiri, yakni sebagaimana tercermin dalam firma Allah dalam
surat Adzariyat ayat 56, yang berarti:
“Dan aku tidak menciptkan Jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (QS. Adzariyat ayat 56)[5]
Dengan demikian tujuan
pendidikan Islam haruslah diarahkan pada pencapaian tujuan akhir tersebut,
yaitu membentuk insan yang senantiasa berhamba kepada Allah, dalam semua aspek
kehidupannya.[6]
Tujuan pendidikan agama
Islam juga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Untuk
mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakekat) agama Islam itu,
dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan
budaya manusia.
2.
Untuk
mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama yang asli, bagaimana
penjabaran Islam sepanjang sejarahnya.
3.
Untuk
mempelajari secara mendalam sumber ajaran agama Islam yang tetap abadi dan
dinamis, bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
4.
Untuk
mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama
Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.[7]
B. Faktor-faktor
Permasalahan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa faktor permasalahan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah dari faktor internal,
faktor eksternal dan faktor institusional.
1.
Faktor
internal
a.
Anak
Didik
Sebagai peserta didik
adalah pihak yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti yang
dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. Diantara komponen
terpenting dalam perspektif pendidikan Islam, pesrta didik merupakan subyek dan
obyek. Oleh karena itu aktivitas kependidikan tidak akan terlaksanakan tanpa
keterlibatan peserta didik didalamnya. Dalam paradigma pendidikan Islam,
peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.[8]
Adapun problem yang ada pada anak didik adalah segala yang mengakibatkan adanya
kelambanan dalam belajar.
b.
Pendidik/Guru
Pendidik (guru) adalah
pewaris Nabi yang mempunyai peranan penting dalam merubah dinamika kehidupan
primitive menuju kehidupan madani. Pendidikan dalam Islam juga dikatakan
sebagai siapa saja yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik.[9]
Pendidik dalam proses
belajar mengajar harus menguasai serta menerapkan prinsip-prinsip didaktikan
dan metodik agar usahanya dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian didaktikan
adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara
menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki peserta didik
2.
Faktor
institusional
a.
Kurikulum
Kurikulum merupakan
salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan.
Karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan.
Menurut Rosdianah ada
beberapa kelemahan dalam pemahaman kurikulum pendidikan agama Islam maupun
pelaksanaannya, yaitu:[10]
1)
Terlalu
padatnya program yang berakibat tidak terlaksananya tujuan dari program yang
direncanakan.
2)
Kurangnya
jam pelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan materi pendidikan agama Islam
3)
Kurikulum
yang tidak terorganisir dengan baik, sehingga sering terjadi pengulangan pokok
bahasan (materi)
b.
Manajemen
Manajemen pendidikan
Islam mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Dari rangka inilah
tumbuh kesadaran untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
manajemen pendidikan, baik yang dilakukan perintah maupun lembaga pendidikan.
Manajemen pendidikan
agama Islam merupakan tanggungjawab departemen agama, sehingga hal ini
mempunyai dampak pada pendanaan pendidikan. Artinya anggaran belanja Negara
bidang pendidikan hanya dialokasikan kepada lembaga pendidikan umum yang berada
di bawah departemen pendidikan nasional, sedangkan pendidikan Islam tidak
diambil dari anggaran negara bidang pendidikan, tetapi dari anggaran bidang
agama, sehingga anggaran pembiayaan pemerintah untuk pendidikan Islam jauh
lebih kecil disbanding untuk pendidikan umum. Inilah realitas yang dihadapi,
sehingga menjadikan pendidikan Islam secara umum kurang diminati dan kurang
mendapat perhatian. Hal ini didukung dengan materi kurikulum dan manajemen
pendidikan yang kurang memadai, kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan
dunia kerja. Lulusannya kurang memiliki ketrampilan untuk bersaing dalam dunia
kerja. Melihat kenyataan ini, maka reformasi manajemen pendidikan Islam menjadi
suatu keharusan. Sebab dengan langkah-langkah berusaha pembenahan dan
peningkatan profesionalisme penyelenggaraan pendidikan akan mampu menjawab
berbagai tantangan dan dapat memberdayakan pendidikan Islam di masa depan.
Dalam hal ini pendidikan agama Islam menerapkan manajemen manajemen berbasis
sekolah artinya pengelolaan pendidikan mengarah kepada pengelolaan manajemen
berbasis sekolah.[11]
c.
Sarana
dan prasarana
Masih banyak
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia kaitannya dengan
keberhasilan pendidikan agama ini, sebab pendidikan agama dalam pelaksanaannya
terkait dengan berbagai komponen yang melingkupnya, salah satunya adalah sarana
dan prasarana pendidikan agama Islam.
Sarana pendidikan agama
Islam adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dalam
menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,
ruang kelas, meja, kursi, serta oeralatan dan media pengajaran yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau peengajaran seperti
kebun, halaman, taman sekolah, jalan menuju sekolah.[12]
Sarana pendidikan agama
Islam diharapkan dapat memberikan konstribusi secara optimal dan berarti pada
jalannya proses pendidikan. Dengan demikian apanila pendidikan Islam
memanfaatkan dan menggunakan sarana pendidikan, maka peserta didik akan
memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang diperoleh, dan juga
diharapkan akan memiliki moral yang baik.
3.
Faktor
eksternal
Pendidik tidak
hanya terpacu pada lingkup sekolah saja, akan tetapi lingkungan selain sekolah
seringkali mengambil peran penting dalam pendidikan tersebut, begitu juga
dengan pendidikan agama Islam. Berhasil atau tidaknya pendidikan agama Islam,
lingkungan sosial berperan penting terhadap keberhasilan pendidikan agama
Islam, kerana perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan melalui
lingkungan dapat ditemukan pengaruh yang baik dan pengaruh yang buruk. Dalam
problem lingkungan meliputi:
a.
Lingkungan
masyarakat yang kurang agamais, akan mengganggu perjalanan proses belajar
mengajar.[13]
b.
Lingkungan
keluarga yang mempunyai berbagai macam faktor yaitu, anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang bermasalah, terlalu keras dalam mendidik anak, orang tua tidak
mendidik anak dengan kedisiplinan waktu pada anak, terlalu sibuk dengan
pekerjaan rumah.
c.
Lingkungan
sekolah, dalam lingkungan sekolah sering terjadi beberapa problem, yait yaitu,
kerasnya guru dalam mempengaruhi pada anak, anak kurang minat dengan materi
pembelajaran, guru terlalu sering mengancam anak, tidak ada hubungan timbal
balik yang baik antara guru dan anak didik, rendahnya tingkat persiapan guru.
C. Upaya
Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.
Faktor Internal
a.
Peserta
didik
Dalam dunia pendidikan
agama Islam peserta didik meruupakan salah satu faktor yang terpenting oleh
karena itu, segala sesuatu yang ada kaitannya dengan individu anak didik,
pendidik harus tanggap dan berusaha mencari solusinya. Hal ini disebabkan
karena anak didik selalu mengalami perkembangan, dimana perkembangan ini
sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat kecerdesan dari masing-masing peserta
didik.
Adapun upaya yang
ditempuh oleh pendidikan agama Islam dalam mengatasi masalah tersebut adalah
dengan cara memberikan motivasi belajar pada anak didik sebagai berikut: 1)
memberi tugas rumah, 2) membentuk kelompok belajar, 3) menambah jam pelajar, 4)
mengadakan persaingan atau kompetisi, 5) memberi nasehat tentang pentingnya
belajar terutama di era globalisasi ini.
b.
Guru/Pendidik
Bukan rahasia lagi
kalau guru memiliki posisi yang strategis dalam pengembangan segenap potensi
yang dimiliki anak didik. Selagi ada kegiatan pembelajaran, maka disanalah
pendidikan sangat dibutuhkan karena pada diri pendidiklah kejayaan dan
keselamatan masa depan bangsa. Hal dikarenakan pendidik mempunyai kewajiban
dalam membentuk pribadi yang sejahtera lahir dan batin, baik itu yang ditempuh
melalui pembelajaran pendidikan agama Islam maupun umum.
Untuk meningkatkan
profesionalisme guru pendidikan agama Islam, perlu ditingkatkan melalui cara
sebagai berikut: 1) mengikuti penataran, 2) mengikuti kursus-kursus
pembelajaran, 3) melakukan studi banding.
2.
Faktor
institusional
Upaya
pada kurikulum, kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan
agama Islam sebagai sistem materi atau disebu juga sebagai kurikulum. Materi
yang disampaikan pendidik khususnya pendidikan agama Islam hendaknya mampu
menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus
ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak
sempit.
3.
Faktor
eksternal
Adapun upaya
pemecahan masalah dari faktor eksternal, dapat dilakukan berbagai cara sebagai
berikut:
a.
Menambah
jam pelajaran, dengan ini bertujuan agar materi pelajaran agama Islam yang
disampaikan dapat terpenuhi seluruhnya, pendidik memiliki waktu yang cukup
sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas sesuai yang
direncanakan.
b.
Menganjurkan
belajar kelompok, membentuk kelompok agama Islam yang berpengetahuan tinggi
dengan kelompok belajar agama Islam yang berpengatahuannya rendah tentang
agama. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi terhadap anak didik dengan cara belajar
kelompok dan bisa lebih semangat dalam belajar agama Islam.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
a.
Tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam
1.
Untuk
mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakekat) agama Islam
2.
Untuk
mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam
3.
Untuk
mempelajari secara mendalam sumber ajaran agama Islam
4.
Untuk
mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama
Islam
b.
Faktor-faktor permasalahan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam
Faktor permasalahan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah dari faktor internal, faktor
eksternal dan faktor institusional
1.
Faktor
internal, meliputi anak didik dan pendidik
Aktivitas
kependidikan tidak akan terlaksanakan tanpa keterlibatan peserta didik dan pendidik
didalamnya. Keduanya saling berhubungan erat dalam proses belajar mengajar di
sekolah
2.
Faktor
institusional, kurikulum. Manajemn dan sarana prasarana
Ketiga hal
tersebut merupakan penunjang dalam keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.
3.
Faktor
eksternal, meliputi: lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
c.
Upaya pemecahan masalah dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam
Dari beberapa faktor permasalahan
tersebut, maka upaya pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Faktor
internal
a)
Peserta
didik, upaya pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1) memberi tugas rumah,
2) membentuk kelompok belajar, 3) menambah jam pelajar, 4) mengadakan
persaingan atau kompetisi, 5) memberi nasehat tentang pentingnya belajar
terutama di era globalisasi ini.
b)
Pendidik,
upaya pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut: 1) mengikuti penataran, 2)
mengikuti kursus-kursus pembelajaran, 3) melakukan studi banding
2.
Faktor
institusional
Upaya pemecahan
dalam kurikulum adalah sebagai berikut materi yang disampaikan pendidik
khususnya pendidikan agama Islam hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi
yang terdapat di dalam buku
3.
Faktor
eksternal, upayanya adalah sebagai berikut: menambah jam pelajaran,
menganjurkan belajar kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Abd.
Gafar, Irpan & Muhammad Jamil. 2003. Reformulasi
Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Ahmad,
Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hasan,
Langgulung. 1992. Asas-Asas Pendidikan
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Hujair.
2003. Paradigma Pendidikan Islam
(Membangun Masyarakat Madani Indonesia). Yogyakarta: Tiara Wacana
Muhaimin.
2002. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya
Mengefektifikan Pendidikan Islam Di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tafsir,
Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
[1] Abu Ahmad dan Widodo
Supriyono, 2004, Psikologi Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta), hal. 129.
[2] Hasan, Langgulung, 1992, Asas-Asas
Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna), hal. 17.
[3] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya
Mengefektifikan Pendidikan Islam Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hal. 75.
[4] Irpan
Abd. Gafar & Muhammad Jamil, Reformulasi
Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,
2003), hal. 37.
[5] Departemem Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ali-Jumanatul
Ali, (Bandung: Art., 2005), hal. 524.
[6] Tayar Yusuf &
Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran
Agama & Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Gafindo, 1997), hal. 11.
[7] Muhaimin,
Paradigma Pendidikan Islam, Upaya
Mengefektifikan Pendidikan Islam Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hal. 19.
[8] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan
Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 47.
[9] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 74.
[10] Muhaimin,
Paradigma Pendidikan Islam, Upaya
Mengefektifikan Pendidikan Islam Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hal. 264.
[11] Hujair, Paradigma Pendidikan Islam (Membangun
Masyarakat Madani Indonesia), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hal. 220.
[12] Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran,
(Jakarta: Mahaputra Adidaya, 2003), hal. 118.
[13] Sumardi S., Psikologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 184.
Slots - Casinos - Goyang FC
ReplyDeleteGoyang Casino 러시안 룰렛 has 잭팟시티 become one yesbet88 of the premier gaming establishments in the country. With a fantastic live 슬롯머신게임 casino experience, they're 스포티비365 ready for an
Tugas pemerintah adalah mengelola sampah kimia seperti bekas baterai, obat pertisida, sampah kaca, rongsokan besi bekas mobil dan motor, termasuk sampah dari rumah sakit. Masyarakat juga perlu tahu, selama ini sampah berbahaya itu dikelola siapa dan bagaimana penanganannya. Masyarakat berhak mendapatkan informasi terkait dengan kegiatan instansi/klinik kesehatan membuang sampah "berbahaya".
ReplyDeleteJasa Penulis Artikel SEO harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
Jasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan pengepul kardus bekas terdekat